Edukasi dan Promosi Kesehatan Preeklampsia
Edukasi dan promosi kesehatan tentang preeklampsia sebaiknya diberikan pada semua ibu hamil dengan tujuan deteksi dini preeklampsia, pencegahan komplikasi pada pasien preeklampsia, serta pencegahan rekurensi pada kehamilan berikutnya.
Edukasi Pasien
Edukasi meliputi etiologi, tahapan diagnosis, perjalanan penyakit, penatalaksanaan, prognosis, dan komplikasi dari preeklampsia. Jika ditemukan hipertensi pada kunjungan antenatal, pasien perlu menjalani pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis dan mengetahui derajat keparahan preeklampsia.
Setelah terdiagnosis preeklampsia, pasien perlu menjalani observasi berkala dengan durasi dan frekuensi yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Selama hamil, pasien perlu diedukasi tentang tanda dan gejala preeklampsia berat agar bisa segera melapor bila mengalami gejala tersebut. Risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi juga harus dijelaskan pada pasien, terutama risiko kelahiran prematur dan kejang.[1]
Tata laksana preeklampsia terutama yang berkaitan dengan waktu persalinan perlu dijelaskan secara detail kepada pasien. Dokter perlu menekankan bahwa terminasi kehamilan merupakan tata laksana definitif preeklampsia dan menjelaskan manfaat dan risiko masing-masing untuk ibu dan bayi.
Penundaan terminasi kehamilan umumnya memberikan manfaat untuk pertumbuhan janin tetapi meningkatkan risiko pada ibu. Persalinan dapat dilakukan sewaktu-waktu bila terjadi perburukan kondisi ibu atau gawat janin.
Setelah persalinan, pasien juga diedukasi untuk tetap diobservasi sampai dengan 6 minggu pascasalin, dijelaskan mengenai risiko rekurensi di kehamilan berikutnya, serta dijelaskan mengenai risiko hipertensi kronis di kemudian hari.[1,5,20]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
United States Preventive Services Task Force menyarankan pemeriksaan tekanan darah berkala selama hamil sebagai metode skrining preeklampsia. Identifikasi dan kontrol faktor risiko dapat dilakukan sebagai pencegahan primer preeklampsia. Selama beberapa dekade terakhir, telah banyak metode skrining lain yang diusulkan tetapi belum ada metode skrining spesifik terhadap preeklampsia.[5,7]
Berbagai obat juga diprediksi dapat mencegah preeklampsia tetapi sampai saat ini belum ada yang dapat mencegah preeklampsia. Beberapa obat yang sering diteliti untuk pencegahan preeklampsia adalah aspirin, heparin, suplementasi kalsium, vitamin C, dan vitamin E. Manfaat obat-obatan ini dalam pencegahan preeklampsia masih kontroversial.[5]
Pada wanita yang memiliki faktor risiko preeklampsia, International Society for The Study of Hypertension on Pregnancy (ISSHP) merekomendasikan aspirin dosis rendah (150 mg/hari) yang dimulai sebelum usia kehamilan 16 minggu sampai persalinan.
Suplementasi kalsium dengan dosis 1,2–2,5 gram/hari pada wanita dengan faktor risiko preeklampsia juga direkomendasikan untuk ibu hamil dengan asupan kalsium harian <600 mg. Olahraga rutin minimal 3 kali/minggu dengan durasi 50 menit dikatakan dapat menurunkan insidensi hipertensi pada kehamilan.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani