Prognosis Preeklampsia
Prognosis preeklampsia tergantung pada kecepatan diagnosis dan inisiasi tata laksana yang tepat. Observasi kondisi ibu dan janin dan penatalaksanaan yang adekuat akan memperbaiki luaran klinis ibu dan janin secara signifikan.
Komplikasi
Preeklampsia menyebabkan komplikasi pada ibu maupun janin. Komplikasi bisa berupa eklampsia, sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes and low platelets), edema paru, infark miokard, sindrom distres pernapasan akut, stroke, kerusakan ginjal, dan abruptio plasenta.
Komplikasi juga bisa berupa pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, kelahiran prematur, sampai dengan kematian ibu maupun janin. Selain itu, preeklampsia juga bisa menimbulkan komplikasi jangka panjang pada ibu dan anak.[6]
Eklampsia
Eklampsia memiliki manifestasi klinis berupa kejang tonik-klonik umum yang biasanya berdurasi 60–90 detik dan diikuti oleh periode post iktal. Eklampsia dapat terjadi mulai dari periode antepartum, intrapartum, sampai dengan 6 minggu postpartum.[13]
Sindrom HELLP
Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes and low platelets) merupakan salah satu komplikasi preeklampsia yang ditandai oleh peningkatan lactate dehydrogenase >600 IU/L, peningkatan aspartate transaminase >70 IU/L, dan jumlah platelet <100 x 109/L.[19]
Komplikasi Jangka Panjang dan Rekurensi
Preeklampsia berhubungan dengan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa mendatang. Pasien dengan preeklampsia 3 kali lipat lebih berisiko mengalami hipertensi kronis daripada wanita tanpa preeklampsia. Risiko penyakit kardiovaskular dan stroke juga meningkat 2 kali lipat pada penderita preeklampsia.
Insidensi gagal ginjal kronis dan end stage renal disease (ESRD) ditemukan meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia. Selain itu, preeklampsia juga berhubungan dengan peripartum cardiomyopathy.[7,20]
Preeklampsia dapat berulang pada kehamilan berikutnya dengan risiko rekurensi 10%. Pada preeklampsia dengan gejala berat (termasuk sindrom HELLP dann eklampsia), risiko rekurensi menjadi 20% pada kehamilan berikutnya. Preeklampsia yang terjadi sebelum usia kehamilan 30 minggu memiliki risiko rekurensi yang jauh lebih tinggi, yaitu 40%.[5]
Komplikasi pada Anak
Pada neonatus, preeklampsia merupakan faktor risiko utama distres pernapasan serta displasia bronkopulmonal. Selain itu, preeklampsia juga berkaitan dengan spektrum autisme dan keterlambatan perkembangan anak di kemudian hari.[5,20]
Komplikasi akibat Terapi
Komplikasi juga mungkin timbul sebagai efek samping pemberian magnesium sulfat. Pemberian magnesium sulfat sebagai profilaksis kejang dapat menyebabkan depresi napas sampai dengan henti jantung. Kadar magnesium dan kondisi klinis sebaiknya dipantau setiap 4–6 jam pada pasien yang mendapat terapi magnesium sulfat.[6]
Prognosis
Diagnosis dini, inisiasi terapi dini, serta observasi dan penatalaksanaan yang tepat bisa secara signifikan meningkatkan prognosis preeklampsia. Pada pasien preeklampsia murni tanpa komorbid atau riwayat hipertensi sebelumnya, kondisi klinis dan parameter laboratorium umumnya mengalami perbaikan setelah persalinan.[6,18]