Penatalaksanaan Retinopati
Penatalaksanaan retinopati bertujuan untuk menekan progresivitas penyakit, mencegah komplikasi, dan mempertahankan atau memperbaiki fungsi penglihatan. Strategi terapi umumnya melibatkan kontrol sistemik yang ketat, intervensi lokal pada retina, serta koordinasi interprofesional antara dokter umum, internis, dan dokter mata.[1]
Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum adalah kontrol faktor sistemik yang mendasari retinopati, terutama retinopati diabetik dan retinopati hipertensi. Ini mencakup kontrol gula darah, tekanan darah, dan profil lipid melalui pengobatan, modifikasi gaya hidup (diet, olahraga), serta pemeriksaan rutin.
Modifikasi gaya hidup seperti berhenti merokok, pengendalian berat badan, dan olahraga teratur penting untuk menurunkan risiko progresi retinopati.[1]
Penatalaksanaan Retinopati Diabetik
Deteksi dini dan pemantauan periodik melalui pemeriksaan fundus diperlukan untuk menilai stadium penyakit dan menentukan kebutuhan terapi lebih lanjut. Kontrol metabolik yang ketat juga dapat memperlambat perkembangan retinopati diabetik dan menurunkan risiko komplikasi, termasuk target HbA1c yang sesuai.[26-29]
Terapi lokal retina mencakup:
-
Injeksi intravitreal anti-VEGF untuk menekan neovaskularisasi dan mengurangi edema makula. Agen anti-VEGF yang umum digunakan adalah bevacizumab (off label; 1,25 mg/0,05 ml), ranibizumab (0,5 mg/0,05 ml), pegaptanib sodium, dan aflibercept.[28]
- Laser fotokoagulasi (terutama pada edema makula klinis signifikan atau proliferasi patologis) untuk mengurangi iskemia dan risiko perdarahan.
-
Vitrektomi pada kasus perdarahan vitreus berat atau ablasio retina traksional.[26-29]
Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengobatan retinopati diabetik, penelitian terbaru juga menyoroti pentingnya strategi terapi dan sistem penghantaran obat modern di luar pendekatan konvensional. Terdapat studi yang memperkenalkan pengembangan metode penghantaran obat baru, yaitu penggunaan agen penghambat reseptor tertentu, agonis jalur metabolik, serta teknologi nano-medis.
Metode baru bertujuan untuk meningkatkan distribusi obat ke jaringan retina dan memperpanjang durasi kerja obat, membuka peluang untuk pengobatan yang lebih efektif dan bertarget pada berbagai tahap retinopati diabetik.[15]
Penatalaksanaan Retinopati Hipertensi
Fokus utama adalah kontrol tekanan darah (<140/90 mmHg), baik dengan modifikasi gaya hidup maupun terapi antihipertensi, untuk mencegah progresi lesi vaskular retina. Pemeriksaan retina berkala penting untuk deteksi perubahan awal dan penyesuaian terapi sistemik.[1]
Bila ditemukan retinopati hipertensi sedang (moderate), yang ditandai dengan mikroaneurisma, perdarahan retina, atau soft exudates, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait faktor risiko retinopati lain, seperti kelainan kardiovaskular atau penyakit metabolik seperti diabetes melitus.[6,30]
Pasien dengan retinopati hipertensi berat (edema makula atau edema papil) memerlukan pemeriksaan segera terhadap sistem organ lain mencakup organ kardiovaskular, ginjal, dan sistem saraf pusat, dikarenakan adanya peningkatan angka mortalitas pasien pada tahap tersebut.[6,30]
Penatalaksanaan Retinopati Prematur
Banyak kasus atau retinopathy of prematurity (ROP) ringan (stages 1–2) membaik tanpa intervensi, tetapi monitoring ketat diperlukan. Intervensi medis seperti laser fotokoagulasi, cryotherapy, atau injeksi anti-VEGF dapat diberikan pada kasus yang progresif untuk mengurangi risiko kebutaan.[1]
Cryotherapy sudah mulai tidak dijadikan pilihan terapi karena efek samping inflamasi periokular berat yang timbul setelah tindakan.[31]
Terapi laser merupakan baku emas penatalaksanaan retinopati prematuritas. Terapi laser efektif untuk retinopati prematuritas stage 1-3 dan pada retinopati prematuritas posterior yang agresif. Fotokoagulasi laser merusak daerah retina perifer dan mengubahnya menjadi jaringan parut nonfungsional sehingga menurunkan produksi growth factor yang memicu neovaskularisasi.[31]
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari terapi laser adalah pembentukan jaringan parut permanen serta terjadinya miopia berat. Jaringan parut retina tersebut membuat penurunan lapang pandang yang signifikan.[31]
Pemberian anti-VEGF intravitreal merupakan salah satu terapi yang mulai diminati untuk penatalaksanaan retinopati prematuritas. Anti-VEGF secara langsung berikatan dan menetralisir VEGF. Belum ada penelitian dose-finding trials jangka panjang terhadap pemberian anti-VEGF pada neonatus prematur.[31]
Namun, beberapa laporan kasus dan sebuah penelitian RCT telah melaporkan penggunaan bevacizumab pada kasus retinopati prematuritas dengan dosis obat setengah dari dosis dewasa (0,675 mg/0,3 mL). Ke depannya anti-VEGF intravitreal diharapkan dapat menjadi terapi lini pertama menggantikan terapi laser untuk terapi retinopati prematuritas. [24]
Terapi pembedahan seperti vitrektomi atau scleral buckling dibutuhkan untuk retinopati prematuritas stage IV dan V. Beberapa terapi lain seperti pemberian propanolol, granulocyte colony stimulating factor, asam lemak omega-3, dan terapi gen sedang dikembangkan sebagai pencegahan dan terapi retinopati prematuritas.[31]
Penatalaksanaan Retinopati Sentral Serosa
Retinopati sentral serosa merupakan penyakit self-limiting. Kebanyakan kasus retinopati sentral serosa dapat mengalami perbaikan spontan dalam waktu 1‒2 bulan. Selama periode tersebut evaluasi berkala harus dilakukan. Apabila terjadi kebocoran yang semakin banyak atau visus tidak mengalami perbaikan, maka terapi laser fotokoagulasi atau terapi fotodinamik dibutuhkan.[25]
Terapi Fotokoagulasi
Terapi fotokoagulasi laser meliputi penggunaan laser argon fokal dan laser micropulse diode. Laser fotokoagulasi menargetkan daerah detachment epitel pigmen retina, dengan harapan jaringan parut yang terbentuk akan menempelkan kembali retina. Melalui proses ini, sel epitel pigmen retina sehat di sekitar area tersebut diharapkan dapat memompa cairan subretina kembali ke koroid.
Laser argon fokal dapat menurunkan rekurensi retinopati sentral serosa, penyerapan cairan subretina yang lebih cepat, serta perbaikan visus pada pasien. Efek samping dari penggunaan laser argon fokal adalah timbulnya skotoma, neovaskularisasi koroid, dan ruptur membran Bruch's.
Laser micropulse diode memiliki penetrasi yang lebih dalam dibandingkan laser argon dan memiliki efek panas yang lebih rendah sehingga kerusakan retina yang ditimbulkan lebih ringan. Laser micropulse diode memberikan perbaikan visus yang lebih baik dibandingkan laser argon setelah 4 minggu terapi. Laser micropulse diode juga berpotensi menimbulkan efek samping neovaskularisasi koroid, namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.[32]
Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik ditujukan untuk retinopati sentral serosa yang mengenai fovea atau dengan kebocoran yang difus. Verteporfin (obat photosensitizer) yang disuntikkan intravena akan memicu kerusakan oksidatif lokal setelah diaktivasi oleh sinar dengan panjang gelombang tertentu.
Terapi fotodinamik menurunkan permeabilitas koroid dengan memperkecil lapisan choriocapillaris. Perbaikan detachment retina dapat diamati setelah 1 bulan terapi fotodinamik. Efek samping yang timbul dari terapi ini adalah hilangnya pigmen retina, hipoperfusi koroid, dan perubahan epitel pigmen retina reaktif.[32]
Medikamentosa
Belum ada terapi medikamentosa yang efektif untuk retinopati sentral serosa. Terapi medikamentosa yang masih dikembangkan dan diteliti untuk kasus retinopati sentral serosa adalah obat dengan efek antikortikosteroid (eplerenone, spironolactone, mifepristone, finasteride), aspirin dosis rendah, agen antiadrenergik, pengobatan Helicobacter pylori, serta pemberian anti-VEGF intravitreal.[32]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini