Penatalaksanaan Retinopati
Penatalaksanaan retinopati bertujuan untuk menekan progresivitas penyakit, mencegah terjadinya komplikasi dan penurunan visus lebih lanjut.
Retinopati Diabetik
Penatalaksanaan retinopati diabetik dititikberatkan pada deteksi dini retinopati, kontrol gula darah yang baik, injeksi medikamentosa intravitreal, terapi laser, dan juga pembedahan. Target HbA1c <6,5% dapat mengurangi risiko retinopati diabetik hingga 76% dan mengurangi progresivitas penyakit hingga 54%. [27] Pasien dianjurkan melakukan pemantauan setiap bulan untuk kontrol gula darah dan evaluasi terapi diabetes.[28]
Injeksi Intravitreal
Pemberian medikamentosa berupa injeksi anti-VEGF (vascular endothelial growth factor) dapat membantu mencegah terbentuknya neovaskularisasi yang dapat meningkatkan risiko perdarahan dan mengurangi edema pada makula, yang pada beberapa kasus dapat memperbaiki visus.[29] Injeksi anti-VEGF dapat memperbaiki visus hingga 8-12 huruf.
Injeksi kortikosteroid intravitreal (dexamethasone, fluocinolone acetonide) juga dapat digunakan sebagai terapi edema makula pada retinopati diabetik, namun manfaatnya tidak sebaik anti-VEGF dalam memperbaiki visus. Injeksi kortikosteroid intravitreal dapat meningkatkan risiko terbentuknya katarak dan peningkatan tekanan intraokular. Oleh karena itu, terapi ini tidak dijadikan terapi lini pertama retinopati diabetik. [28]
Agen anti-VEGF yang umum digunakan adalah bevacizumab (off label; 1,25 mg/0,05 ml), ranibizumab (0,5 mg/0,05 ml), pegatbanib sodium, dan aflibercept.[29]
Laser Fotokoagulasi
Terapi laser fotokoagulasi pada retinopati diabetik bertujuan untuk mengatasi neovaskularisasi retina atau CSME (clinically significant macular edema). Terapi laser menargetkan daerah retina iskemik midperifer, down regulasi pembentukan VEGF, sehingga memicu regresi neovaskularisasi.
Menurut guidelines Early Treatment of Diabetic Retinopathy Study (ETDRS), fotokoagulasi laser pada pasien dengan CSME dapat mengurangi risiko penurunan visus hingga 15 huruf. Pasien yang mengalami regresi neovaskularisasi dalam 3 bulan setelah terapi laser umumnya memiliki prognosis visus yang lebih baik. Terapi laser fotokoagulasi memiliki efek samping penurunan penglihatan perifer, gangguan penglihatan di malam hari, serta skotoma parasentral.[27,28,30]
Vitrektomi
Pada keadaan retinopati diabetik proliferatif perdarahan yang banyak pada vitreus atau retina membutuhkan tindakan pembedahan vitrektomi. Vitrektomi dapat dikombinasi dengan endo-ocular laser selama pembedahan. Indikasi lain vitrektomi pada retinopati diabetik adalah adanya ablasio retina traksional. Vitrektomi juga dapat memperbaiki keadaan edema makula yang tidak membaik dengan terapi lainnya. [27,28,30]
Retinopati Hipertensi
Kontrol tekanan darah (<140/90 mmHg) dengan medikamentosa anti hipertensi perlu dilakukan sejak ditemukan retinopati hipertensi ringan (penyempitan arteriol, arteriovenous nicking).
Bila ditemukan retinopati hipertensi sedang (moderate), yang ditandai dengan mikroaneurisma, perdarahan retina, atau soft exudates, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait faktor risiko retinopati lain, seperti kelainan kardiovaskular atau penyakit metabolik seperti diabetes mellitus. Pasien diwajibkan melakukan kontrol dan evaluasi tekanan darah berkala.
Pasien dengan retinopati hipertensi berat (edema makula atau edema papil) memerlukan pemeriksaan segera terhadap sistem organ lain mencakup organ kardiovaskular, ginjal, dan sistem saraf pusat, dikarenakan adanya peningkatan angka mortalitas pasien pada tahap tersebut. [5,31]
Retinopati Prematuritas
Penatalaksaan retinopati prematuritas meliputi cryotherapy, terapi laser, dan pemberian anti-VEGF. Cryotherapy menargetkan daerah retina yang avaskular untuk mencegah terbentuknya retinal fold atau detachment retina. Cryotherapy sudah mulai tidak dijadikan pilihan terapi karena efek samping inflamasi periokular berat yang timbul setelah tindakan. [32]
Terapi laser merupakan baku emas penatalaksanaan retinopati prematuritas. Terapi laser efektif untuk retinopati prematuritas stage 1-3 dan pada retinopati prematuritas posterior yang agresif. Fotokoagulasi laser merusak daerah retina perifer dan mengubahnya menjadi jaringan parut nonfungsional sehingga menurunkan produksi growth factor yang memicu neovaskularisasi. Efek samping yang dapat ditimbulkan dari terapi laser adalah pembentukan jaringan parut permanen serta terjadinya miopia berat. Jaringan parut retina tersebut membuat penurunan lapang pandang yang signifikan. [32]
Pemberian anti-VEGF intravitreal merupakan salah satu terapi yang mulai diminati untuk penatalaksanaan retinopati prematuritas. Anti-VEGF secara langsung berikatan dan menetralisir VEGF. Belum ada penelitian dose-finding trials jangka panjang terhadap pemberian anti-VEGF pada neonatus prematur. Namun, beberapa laporan kasus dan sebuah penelitian RCT telah melaporkan penggunaan bevacizumab pada kasus retinopati prematuritas dengan dosis obat setengah dari dosis dewasa (0,675 mg/0,3 ml). Ke depannya anti-VEGF intravitreal diharapkan dapat menjadi terapi lini pertama menggantikan terapi laser untuk terapi retinopati prematuritas. [25]
Terapi pembedahan seperti vitrektomi atau scleral buckling dibutuhkan untuk retinopati prematuritas stage IV dan V. Beberapa terapi lain seperti pemberian propanolol, granulocyte colony stimulating factor, asam lemak omega-3, dan terapi gen sedang dikembangkan sebagai pencegahan dan terapi retinopati prematuritas.[32]
Retinopati Sentral Serosa
Retinopati sentral serosa merupakan penyakit self-limiting. Kebanyakan kasus retinopati sentral serosa dapat mengalami perbaikan spontan dalam waktu 1-2 bulan. Selama periode tersebut evaluasi berkala harus dilakukan. Apabila terjadi kebocoran yang semakin banyak atau visus tidak mengalami perbaikan, maka terapi laser fotokoagulasi atau terapi fotodinamik dibutuhkan. [26]
Terapi Fotokoagulasi
Terapi fotokoagulasi laser meliputi penggunaan laser argon fokal dan laser micropulse diode. Laser fotokoagulasi menargetkan daerah detachment epitel pigmen retina, dengan harapan jaringan parut yang terbentuk akan menempelkan kembali retina. Melalui proses ini, sel epitel pigmen retina sehat di sekitar area tersebut diharapkan dapat memompa cairan subretina kembali ke koroid.
Laser argon fokal dapat menurunkan rekurensi retinopati sentral serosa, penyerapan cairan subretina yang lebih cepat, serta perbaikan visus pada pasien. Efek samping dari penggunaan laser argon fokal adalah timbulnya skotoma, neovaskularisasi koroid, dan ruptur membran Bruch's.
Laser micropulse diode memiliki penetrasi yang lebih dalam dibandingkan laser argon dan memiliki efek panas yang lebih rendah sehingga kerusakan retina yang ditimbulkan lebih ringan. Laser micropulse diode memberikan perbaikan visus yang lebih baik dibandingkan laser argon setelah 4 minggu terapi. Laser micropulse diode juga berpotensi menimbulkan efek samping neovaskularisasi koroid, namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. [33]
Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik ditujukan untuk retinopati sentral serosa yang mengenai fovea atau dengan kebocoran yang difus. Verteporfin (obat photosensitizer) yang disuntikkan intravena akan memicu kerusakan oksidatif lokal setelah diaktivasi oleh sinar dengan panjang gelombang tertentu. Terapi fotodinamik menurunkan permeabilitas koroid dengan memperkecil lapisan choriocapillaris. Perbaikan detachment retina dapat diamati setelah 1 bulan terapi fotodinamik. Efek samping yang timbul dari terapi ini adalah hilangnya pigmen retina, hipoperfusi koroid, dan perubahan epitel pigmen retina reaktif. [33]
Medikamentosa
Belum ada terapi medikamentosa yang efektif untuk retinopati sentral serosa. Terapi medikamentosa yang masih dikembangkan dan diteliti untuk kasus retinopati sentral serosa adalah obat dengan efek antikortikosteroid (eplerenone, spironolactone, mifepristone, finasteride), aspirin dosis rendah, agen antiadrenergik, pengobatan Helicobacter pylori, serta pemberian anti-VEGF intravitreal.[33]