Penatalaksanaan Adolescent Idiopathic Scoliosis
Tujuan utama penatalaksanaan adolescent idiopathic scoliosis (AIS), atau skoliosis idiopatik pada remaja, adalah mencegah progresifitas kelengkungan kurva lebih lanjut. Penatalaksanaan AIS terbagi menjadi tiga kategori, yaitu observasi, bracing, dan pembedahan. Kategori penatalaksanaan ditentukan berdasarkan risiko progresifitas kurva.[1,22]
Tata Laksana Observasi
Observasi dilakukan pada pasien dengan skeletal imatur. Pasien dengan kondisi tulang belum matang sangat berisiko mengalami perkembangan kurva. Pasien dengan ukuran skoliometer <7 derajat sebaiknya dipantau secara klinis, setiap 6 bulan. Jika ukuran skoliometer menjadi >7 derajat maka pemeriksaan rontgen tulang belakang harus dilakukan.[1,22]
Penderita AIS dengan Cobb angle >50 derajat cenderung terus meningkat hingga dewasa, dengan kecepatan 0,5−2 derajat per tahun. Oleh karena itu, dokter harus memantau kurva skoliosis hingga proses pertumbuhan tulang dikatakan matur (skeletal maturity).[1,22]
Penilaian skeletal maturity tidak hanya dari penampilan fisiologis pasien, tetapi juga dengan radiografi usia tulang, iliaka epiphysis, dan cincin vertebralis apophysis. Penilaian usia tulang berdasarkan perbandingan rontgen wrist and hand dengan standar sesuai usia yang tercantum dalam Greulich and Pyle atlas.[30,31]
Rekomendasi Perbaikan Posisi Tubuh
Pada tata laksana observasi, penderita AIS harus diberikan rekomendasi untuk memperbaiki posisi tubuh. Hal ini untuk mempertahankan kurva agar tidak semakin bertambah. Anak atau remaja dengan AIS harus menghindari memanggul tas/barang yang berat, terutama pada satu sisi bahu. Memperbaiki posisi tubuh saat duduk, berdiri, berbaring, atau saat mengerjakan sesuatu dilakukan secara konsisten untuk mencegah perkembangan kurva.[25-28,35,36]
Olahraga yang dapat mencegah progresifitas kurva adalah berenang dan olahraga air lainnya. Namun, perlombaan renang tidak diizinkan karena dapat menambah tekanan pada tulang belakang. Olahraga lain yang tidak dianjurkan untuk penderita AIS adalah olahraga yang sering membuat gerakan ekstensi torso, misalnya senam ritmik, balet, trampolin, dan sepak bola.[25-28,35,36]
Tata Laksana Bracing
Penggunaan bracing merupakan perawatan nonoperatif untuk pasien dengan skeletal imatur, memiliki Cobb angle antara 25−40 derajat, atau progresivitas kurva lebih dari 5 derajat selama 6 bulan. Tujuan bracing adalah untuk mencegah progresivitas kurva, bukan untuk mengoreksi kelengkungan. Oleh karena itu, tidak diindikasikan untuk pasien yang mengalami kerusakan tulang belakang atau pasien dengan Cobb angle >50 derajat.[1,22,24,30]
Pasien dengan bracing harus dipantau kira-kira setiap 6 bulan. Penggunaan bracing direkomendasikan selama 23 jam per hari, hingga tercapai skeletal maturity. Ada beberapa jenis bracing, di antaranya:
-
Boston brace: thoraco-lumbo-sacral orthosis
-
Milwaukee brace: cervico-thoraco-lumbo-sacral orthosis
Wilmington brace: merupakan thoraco-lumbo-sacral orthosis yang dibuat khusus menyesuaikan tubuh pasien dengan cara mencetak tubuh pasien dalam posisi supinasi menggunakan gips
Charleston brace: merupakan thermoplastic orthosis dan digunakan hanya selama tidur malam hari, anterior opening, dan terbuat dari bahan yang ringan. Hanya digunakan untuk kurva tunggal, dibuat khusus dengan cara mencetak tubuh pasien dalam posisi supinasi menggunakan gips[1,22,28,30]
Studi oleh Katz et al menyebutkan bahwa Boston brace lebih efektif daripada Charleston brace untuk mencegah progresifitas kurva dan menghindari kebutuhan untuk tindakan bedah.[30]
Tata Laksana Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah mencegah perkembangan kelengkungan kurva, mencapai koreksi deformitas secara maksimum dan permanen, memperbaiki penampilan, dan menjaga agar komplikasi jangka pendek maupun panjang tetap minimal. Indikasi pembedahan adalah jika Cobb angle >45 derajat untuk skeletal imatur, atau >50 derajat untuk skeletal matur.[22,26,28]
Faktor tambahan untuk menentukan kebutuhan pembedahan termasuk usia, perkembangan kurva, dan gejala yang timbul. Gangguan kardiopulmonal merupakan faktor penting untuk dilakukan pembedahan. Pembedahan yang terlambat dapat meningkatkan komplikasi.[22,26,28]