Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Infeksi Saluran Kemih karyanti 2025-04-29T15:55:02+07:00 2025-04-29T15:55:02+07:00
Infeksi Saluran Kemih
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa – Panduan e-Prescription

Diagnosis Infeksi Saluran Kemih

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Diagnosis infeksi saluran kemih (ISK) perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan nyeri saat berkemih, peningkatan frekuensi berkemih, sulit memulai kencing, ataupun adanya darah pada urine. Pada kebanyakan kasus, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Kultur urine jarang diperlukan namun dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus, misalnya infeksi rekuren, imunokompromais, atau pasien dengan riwayat instrumentasi medis dalam waktu dekat.

ISK dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ISK uncomplicated dan complicated. Umumnya ISK uncomplicated diartikan sebagai sistitis simpleks. ISK complicated mencakup pyelonephritis, pasien dengan komorbid, atau pasien imunokompromais. ISK terkait kateter dan urosepsis merupakan bagian dari ISK complicated.[2-4,7,11]

Anamnesis

Pasien dengan ISK paling sering mengeluhkan disuria, frekuensi, dan urgensi. Disuria diartikan sebagai nyeri saat berkemih. Frekuensi diartikan sebagai frekuensi berkemih yang sering meskipun asupan cairan normal. Sementara itu, urgensi diartikan sebagai munculnya keinginan berkemih yang mendadak.

Pasien juga bisa mengeluhkan hesitancy (sulit memulai kencing), hematuria (ditemukannya darah pada urin), demam, menggigil, mual dan muntah. Pada beberapa kasus, pasien mungkin mengalami nyeri pada pinggang atau suprapubik atau urine yang keruh dan berbau. Keluhan pada area flank perlu dicurigai sebagai pyelonephritis.

Selain itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ISK juga perlu diidentifikasi, antara lain:

  • Berhubungan seksual dalam 2 minggu terakhir
  • Menggunakan kontrasepsi diafragma vagina atau spermisida
  • Kontrasepsi dengan depot medroxyprogesterone acetate (DMPA)
  • Kelainan fitur anatomis saluran kemih, seperti refluks vesikoureter, neuropati pada kandung kemih, dan obstruksi mekanik atau fungsional
  • Postmenopause
  • Terdapat benda asing pada saluran kemih, seperti kateter
  • ISK berulang
  • Diabetes mellitus[2-4,7,11]

Pasien Anak

Gejala ISK pada anak berbeda tergantung kelompok usia. Neonatus dan bayi usia 0-2 bulan dengan pyelonephritis biasanya tidak menunjukkan gejala klinis lokal pada saluran kemih, sehingga ISK biasanya ditemukan sebagai bagian dari evaluasi sepsis. Gejala ISK pada neonatus dapat berupa demam, ikterus, gangguan pertumbuhan, sulit makan, muntah, dan rewel.

Pada bayi dan anak usia 2 bulan sampai 2 tahun, gejala ISK dapat berupa demam, muntah, sulit makan, urine yang berbau, dan rewel. Pada beberapa anak usia 1-2 tahun, ISK terkadang dapat muncul sebagai nyeri berkemih dan bau busuk pada urine dengan demam yang tidak begitu tinggi.

Pada anak usia 2-6 tahun, gejala ISK dapat berupa demam, muntah, sakit perut, bau urine yang pekat, nyeri perut, mengompol (enuresis), dan gangguan berkemih seperti disuria, urgensi, dan frekuensi. Sementara itu, pada anak di atas 6 tahun dapat timbul demam, nyeri perut, nyeri pinggang, muntah, gangguan berkemih, inkontinensia, enuresis, dan urine yang berbau pekat.[24]

Kehamilan

ISK meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Tanda bahaya perlu diawasi untuk mengetahui ISK yang berpotensi serius. Pada kehamilan, ISK dapat muncul sebagai bakteriuria asimtomatik, sistitis akut, ataupun pyelonephritis. Jika bakteriuria asimtomatik tidak diobati, terjadi peningkatan kemungkinan pyelonephritis akut yang juga meningkatkan risiko komplikasi ibu dan bayi, seperti preeklampsia, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah.

Jika pasien bergejala maka keluhan yang timbul serupa dengan pasien tidak hamil. Gejala sistitis mencakup disuria, urgensi, dan frekuensi. Pada pasien yang mengalami pyelonephritis akan ditemukan pula keluhan demam, nyeri lumbar, mual dan muntah.[25]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien ISK umumnya diawali dengan pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital. Pemeriksaan lengkap urologi yang mencakup abdomen, kostrovertebra, rektum, dan genitalia, perlu dilakukan.

Keadaan Umum Dan Tingkat Kesadaran

Pasien ISK umumnya memiliki keadaan umum yang baik. Namun, pada pasien dengan urosepsis, keadaan umum lebih buruk dan dapat disertai dengan penurunan kesadaran.

Tanda-Tanda Vital

Pasien dengan ISK umumnya memiliki gangguan tanda vital, seperti demam dan takikardia. Pasien dengan urosepsis yang disertai dengan syok, dapat memiliki tanda hipotensi.

Pemeriksaan Abdomen

Pada pasien ISK, dapat ditemukan nyeri tekan pada suprapubik atau daerah flank dengan palpasi dalam. Nyeri tekan dan ketok pada sudut kostrovertebra mengindikasikan pyelonephritis.

Pemeriksaan Rektum

Pemeriksaan rektum pada ISK dapat dilakukan pada laki-laki untuk mencari pembesaran prostat atau infeksi pada prostat yang dapat menjadi faktor risiko ISK. Prostat yang teraba membesar dapat dicurigai sebagai benign prostate hyperplasia (BPH) yang dapat memberikan gejala lower urinary tract symptoms (LUTS). Sementara itu, nyeri tekan prostat lebih mengarah ke prostatitis.

Pemeriksaan Genitalia

Pemeriksaan genitalia eksterna perlu dilakukan untuk mencari kemungkinan infeksi dan menyingkirkan diagnosis banding. Penis perlu diperika adanya lesi atau ulkus. Meatus eksterna diperiksa adanya eritema atau cairan yang keluar (discharge).[2,4,11]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding infeksi saluran kemih dapat mencakup kandung kemih hiperaktif, keganasan saluran kemih, uretritis noninnfeksius, vaginitis, dan bakteriuria asimptomatik.

Kandung Kemih Hiperaktif

Kandung kemih hiperaktif umumnya memiliki gejala yang menyerupai ISK, yaitu gejala urgency dan frekuensi. Namun, pada pemeriksaan dipstick urine, urinalisis, atau kultur urine umumnya memiliki hasil negatif.[2,12]

Karsinoma Saluran Kemih

Karsinoma pada saluran kemih dapat memiliki tanda atau gejala hematuria mikroskopik atau makroskopik seperti ISK. Namun, pada karsinoma saluran kemih, umumnya hasil sitologi urine positif. Pada pemeriksaan sitoskopi atau pencitraan saluran kemih akan dapat ditemukan tumor.[2,12]

Uretritis Noninfeksius

Uretritis noninfeksius, atau yang sering disebut sebagai uretritis non-gonore, merupakan inflamasi pada uretra laki-laki. Serupa dengan ISK, pasien akan mengeluhkan disuria. Pada pemeriksaan dipstick, kultur urine, dan mikroskopik urinalisis hasil akan negatif.[2,12]

Vaginitis

Vaginitis memiliki gejala yang menyerupai ISK, seperti disuria dan frekuensi. Namun, pada vaginitis pasien juga mengeluhkan produksi duh pada vagina. Pada pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan inflamasi pada vagina. Pada dipstick urine, urinalisis mikroskopik, dan kultur urine juga negatif. Pemeriksaan kultur vagina akan menunjukkan hasil positif etiologi infeksi.[2,12]

Bakteriuria Asimptomatik

Bakteriuria asimptomatik sering ditemukan pada wanita sehat. Pada pemeriksaan dipstick, urinalisis, dan kultur urine ditemukan tanda infeksi bakteri yang menyerupai ISK. Namun, yang membedakan dengan ISK adalah pasien tidak memiliki gejala.[2,12]

Penyakit Radang Panggul

Pasien dengan penyakit radang panggul dapat mengeluhkan nyeri abdomen bawah atau nyeri pelvis yang juga bisa muncul pada kasus sistitis. Curigai adanya penyakit radang panggul jika ditemukan duh endoservikal mukopurulen atau nyeri goyang serviks.[16]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ISK adalah urinalisis. Kultur urine merupakan baku emas untuk diagnosis ISK.

Tes Dipstik Urine

Tes dipstick urine merupakan pemeriksaan penunjang yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis ISK, baik pada anak maupun pasien dewasa. Namun, hasil negatif pada dipstick urine tidak dapat menyingkirkan diagnosis ISK sepenuhnya. Sampel urine yang disarankan adalah sampel midstream.

Pada ISK umumnya dapat ditemukan bakteri atau sel darah putih pada urine.  Hasil pH urine 8,5–9,0 mengindikasikan organisme urea-splitting, seperti Klebsiella, Proteus, atau Ureaplasma urealyticum. Hasil pH basa umumnya menandakan adanya batu ginjal struvit atau batu karena infeksi.

Adanya nitrit pada urine mengindikasikan infeksi bakteri. Hal ini dikarenakan dibutuhkan bakteri untuk perubahan nitrat ke nitrit dalam urine. Akan tetapi, proses ini terjadi selama 6 jam, sehingga pasien lebih disarankan menjalani pemeriksaan urine pada pagi hari setelah bangun tidur.

Leukosit esterase menandakan terdapatnya sel darah putih pada urin yang mengindikasikan adanya respons imun terhadap bakteri pada urine.  Hematuria juga dapat ditemukan akibat adanya infeksi bakteri pada sel transisional kandung kemih.[2,4,11]

Urinalisis Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik urine dapat digunakan untuk melihat tipe organisme, serta mengidentifikasi adanya eritrosit dan leukosit urine secara langsung. Penemuan bakteri pada urinalisis mikroskopik dapat membantu diagnosis ISK. Apabila ditemukan 5-10 leukosit per lapang pandang, maka hasil dianggap abnormal dan diagnosis ISK dapat dipikirkan jika terdapat gejala ISK.[2,4,11] Pemeriksaan ini tidak diperlukan pada pasien sistitis simpleks dengan gejala tipikal. Pemeriksaan urinalisis mikroskopik dapat bermanfaat jika manifestasi klinis atipikal.[16]

Kultur Urine dan Sensitivitas

Pemeriksaan kultur urine dan sensitivitas merupakan pemeriksaan yang paling spesifik dan sensitif sehingga menjadi pemeriksaan baku emas dalam diagnosis ISK. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk membedakan infeksi rekuren dari relaps dan menentukan antibiotik yang tepat.

Pemeriksaan kultur urine umumnya hanya diperlukan pada pasien ISK complicated, seperti pasien dengan komorbid dan pasien hamil. Hasil kultur urine dengan pertumbuhan > 10 colony forming units (CFU) menunjukkan diagnosis infeksi.[2,4,11]

Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami ISK dengan gejala berat atau persisten. Pemeriksaan ini digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ISK, seperti batu ginjal, hidronefrosis, abses renal, dan jaringan parut pada ginjal.[2,4,11]

CT Scan Abdomen atau Pelvis

Kebanyakan pasien ISK tidak memerlukan pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan CT scan abdomen atau pelvis dapat digunakan pada pasien yang menunjukkan gejala berat atau tidak membaik dengan terapi antibiotik adekuat. Pemeriksaan ini juga dapat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis abses perirenal atau renal pada pasien yang tidak respons terapi antimikroba setelah durasi > 7 hari.[2,4,11]

Sitoskopi

Pemeriksaan sitoskopi digunakan untuk melihat langsung kandung kemih dan menyingkirkan diagnosis banding ISK lainnya, seperti tumor, batu kandung kemih, benda asing, dan divertikulum.[2,4,11]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah

Referensi

2. Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/
3. Klein RD, Hultgren SJ. Urinary tract infections: microbial pathogenesis, host-pathogen interactions and new treatment strategies. Nat Rev Microbiol. 2020;18(4):211-226. doi:10.1038/s41579-020-0324-0
4. Chu CM, Lowder JL. Diagnosis and treatment of urinary tract infections across age groups. Am J Obstet Gynecol. 2018 Jul;219(1):40-51. doi: 10.1016/j.ajog.2017.12.231. Epub 2018 Jan 2. PMID: 29305250.
7. Medina M, Castillo-Pino E. An introduction to the epidemiology and burden of urinary tract infections. Ther Adv Urol. 2019;11:1756287219832172. Published 2019 May 2. doi:10.1177/1756287219832172
11. Gupta K, Grigoryan L, Trautner B. Urinary Tract Infection. Ann Intern Med. 2017 Oct 3;167(7):ITC49-ITC64. doi: 10.7326/AITC201710030. PMID: 28973215.
16. Hooton TM. Gupta K. Acute simple cystitis in women. Uptodate. 2021.
24. Fischer DJ. Pediatric Urinary Tract Infection. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/969643-overview
25. Kalinderi K, Delkos D, Kalinderis M, Athanasiadis A, Kalogiannidis I. Urinary tract infection during pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. J Obstet Gynaecol. 2018 May;38(4):448-453. doi: 10.1080/01443615.2017.1370579. Epub 2018 Feb 6. PMID: 29402148.

Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
Penatalaksanaan Infeksi Saluran ...

Artikel Terkait

  • Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Berulang pada Anak
    Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Berulang pada Anak
  • Urinalisis vs Kultur Urine untuk Mendiagnosis Infeksi Saluran Kemih Anak
    Urinalisis vs Kultur Urine untuk Mendiagnosis Infeksi Saluran Kemih Anak
  • Pengambilan Sampel Urine untuk Diagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Anak
    Pengambilan Sampel Urine untuk Diagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Anak
  • Hindari Pemberian Antibiotik Berikut pada Pasien Hamil
    Hindari Pemberian Antibiotik Berikut pada Pasien Hamil
  • Pedoman Tata Laksana Infeksi Saluran Kemih 2024 – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Tata Laksana Infeksi Saluran Kemih 2024 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 28 Februari 2025, 10:00
Pemberian Cranberry untuk ISK
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dok, mau menanyakan bagaimana efikasi penggunaan cranberry untuk isk, apakah bisa direkomendasikan ke pasien sebagai terapi? terima kasih dok 
dr.Silvia Indriani
Dibalas 13 November 2024, 15:37
Durasi pemakaian kateter urin pada retensi urin ec ISK
Oleh: dr.Silvia Indriani
2 Balasan
Halo dok, untuk pemakaian kateter urin pada pasien ISK yang mengalami retensi urin sebaiknya dilakukan berapa lama? Apakah ada minimal waktu yang diperlukan...
Anonymous
Dibalas 28 September 2024, 16:48
Nyeri pinggang dengan hasil urinalisa bilirubin positif 1 dan leukosituria
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya saya mendapatkan pasien dengan keluhan nyeri pinggang dan kurang tenaga di puskesmas. Dari hasil UL didapatkan Bilirubin positif 1...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.