Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Narkolepsi general_alomedika 2022-03-31T15:23:38+07:00 2022-03-31T15:23:38+07:00
Narkolepsi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Narkolepsi

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Narkolepsi adalah gangguan otak kronik yang disebabkan oleh disfungsi neuron orexin atau hipokretin di hipotalamus lateral. Narkolepsi ditandai oleh adanya rasa kantuk yang hebat dan tidak bisa ditahan pada siang hari, disertai dengan episode singkat kehilangan tonus atau kendali otot.[1]

Saat ini narkolepsi dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe satu atau narkolepsi yang disertai dengan katapleksi, dan tipe dua atau narkolepsi yang tidak disertai katapleksi. Narkolepsi tipe dua adalah diagnosis baru yang masih belum banyak dipelajari. Katapleksi adalah kelemahan otot yang timbul mendadak. Selain itu, narkolepsi juga bisa disertai gejala halusinasi atau mimpi, dan sleep paralysis.[1,2]

Narkolepsi-min

Diagnosis narkolepsi memerlukan konfirmasi adanya excessive daytime sleepiness (EDS) atau mengantuk secara berlebihan di siang hari dengan multiple sleep latency test (MSLT). EDS didefinisikan sebagai latensi tidur rata-rata kurang dari 8 menit selama 5 kesempatan tidur sepanjang hari. Diagnosis narkolepsi juga memerlukan adanya dua atau lebih tidur siang REM-onset. Kadar hipokretin-1 yang rendah (≤ 110 pg/mL) pada cairan serebrospinal juga dapat digunakan untuk mendiagnosis narkolepsi.[3]

Narkolepsi adalah gangguan tidur neurologis seumur hidup dengan gejala yang dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan. Saat ini, tidak ada terapi definitif untuk narkolepsi. Meski demikian, terapi farmakologis dan perilaku yang tersedia dapat membantu memperbaiki kualitas hidup. Intervensi farmakologis adalah pendekatan yang paling umum digunakan. Obat dipilih berdasarkan presentasi gejala, misalnya amfetamin untuk EDS dan natrium oksibat untuk gangguan tidur malam hari.[1,3]

Narkolepsi sering disertai oleh gangguan psikiatri lain, seperti cemas dan depresi. Narkolepsi juga meningkatkan risiko cedera dan kecelakaan. Pasien dengan narkolepsi juga berisiko mengalami sindrom metabolik.[1,4]

Pasien dengan narkolepsi tidak boleh bekerja sebagai pengemudi komersial. Proses berkendara monoton juga harus dihindari. Pasien dengan narkolepsi yang tidak terkontrol juga disarankan untuk tidak bekerja dengan mesin berat atau pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan di ketinggian atau di bawah air.[1,3,4,14]

Referensi

1. Bassetti CLA, Adamantidis A, Burdakov D, Han F, Gay S, Kallweit U, et al. Narcolepsy — clinical spectrum, aetiopathophysiology, diagnosis and treatment. Nat Rev Neurol 2019;15:519–39.
2. WHO. International Classification of Disease 11 for Mortality and Morbidity Statistic. 2019. https://icd.who.int/browse11/l-m/en
3. Bhattarai J, Sumerall S. Current and Future Treatment Options for Narcolepsy: A Review. Sleep Sci. 2017;10(1):19-27. doi:10.5935/1984-0063.20170004
4. Golden EC, Lipford MC. Narcolepsy: Diagnosis and management. CCJM 2018;85:959–69.
14. Barker EC, Flygare J, Paruthi S, Sharkey KM. Living with Narcolepsy: Current Management Strategies, Future Prospects, and Overlooked Real-Life Concerns. NSS 2020;Volume 12:453–66.

Patofisiologi Narkolepsi
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas 23 jam yang lalu
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 19 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 18 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.