Etiologi Narkolepsi
Etiologi narkolepsi adalah akibat interaksi faktor genetik dan lingkungan yang menyebabkan hilangnya atau disfungsi neuron orexin di hipotalamus lateral secara selektif. Proses ini diperkirakan dimediasi oleh sistem imun.[1]
Genetik
Penelitian pada anak kembar monozigot menunjukkan konkordansi narkolepsi sebesar 25-32%. Angka narkolepsi familial juga hanya 1-2%. Kurang dari 2% pasien dengan narkolepsi mempunyai anggota keluarga dengan gangguan yang sama.[1,6] Hal ini menunjukkan kemungkinan kecil bahwa gangguan ini diwariskan.
Narkolepsi berhubungan dengan ekspresi HLA kelas II yang mengkode molekul peptida antigenik pada sel CD4. Penelitian menunjukkan bahwa HLA-DBQ1*06:02 diekspresikan pada 86-98% pasien dengan narkolepsi tipe 1 dan 40-50% pada tipe 2.[1,6]
Faktor Lingkungan
Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara musim kelahiran dengan risiko narkolepsi. Hal ini menunjukkan kemungkinan paparan virus, bakteri, atau toksin pada masa awal kehidupan mungkin mengubah perkembangan sistem imun dan menyebabkan individu rentan mengalami narkolepsi. Paparan terhadap hal ini di masa depan dapat menimbulkan reaktivasi atau memicu respon imun yang menyebabkan kerusakan neuron orexin.[1]
Infeksi saluran pernapasan oleh Streptococcus grup A atau influenza bisa menjadi pemicu proses autoimun dan menyebabkan gejala-gejala narkolepsi beberapa bulan sesudahnya.[6]
Kejadian traumatik juga bisa menjadi pemicu munculnya gejala-gejala narkolepsi.[1] Trauma kepala dan perubahan siklus tidur-bangun yang mendadak juga bisa menjadi pemicu tambahan.[6]
Mekanisme Imunologis
Mekanisme autoimun diperkirakan juga terlibat dalam patofisiologi narkolepsi. Hal ini dibuktikan oleh adanya beberapa sitokin spesifik seperti interferon-γ, keterlibatan sel CD4, serta aktivasi sel-sel CD4 dan CD8. Namun, temuan ini masih perlu diteliti lebih jauh.[1,4]
Temuan Patologis
Pemeriksaan histopatologis menunjukkan bahwa pasien narkolepsi tipe 1 secara selektif kehilangan neuron orexin di hipotalamus lateral sekitar 75-95%. Jaringan otak menunjukkan adanya peningkatan gliosis, namun tanpa perubahan inflamatorik atau neurodegeneratif.
Pada hewan coba, kehilangan neuron orexin secara parsial menimbulkan gejala narkolepsi tanpa katapleksi (tipe 2).[1]