Prognosis Asma
Prognosis asma dipengaruhi oleh respon terapi, kepatuhan terapi, teknik penggunaan inhaler, derajat keparahan asma, dan frekuensi eksaserbasi. Asma telah dikaitkan dengan berbagai komplikasi, termasuk peningkatan angka mortalitas.[1,4,15]
Komplikasi
Pada wanita hamil, asma eksaserbasi dapat meningkatkan risiko kehamilan, termasuk preeklampsia, kelahiran prematur, malformasi kongenital, dan lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu, terdapat studi yang menyebutkan bahwa bayi yang lahir dari wanita dengan riwayat eksaserbasi selama kehamilan memiliki risiko 12% mengalami pneumonia pada 5 tahun pertama kehidupannya.[16]
Komplikasi akut asma bila tidak ditangani adalah asidosis respiratorik yang dapat mengancam terjadinya gagal napas. Komplikasi lainnya yang sangat jarang namun dilaporkan pernah terjadi adalah pneumothorax dan emfisema subkutis pada asma berat.
Komplikasi lain adalah penurunan fungsi paru hingga kematian apabila asma eksaserbasi akut tidak tertangani dengan baik. Apabila asma tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung terus-menerus, dapat terjadi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).[1,4,8]
Prognosis
Asma tidak terkontrol atau asma eksaserbasi adalah kondisi mengancam jiwa dan menyebabkan kematian. Namun, asma yang terkontrol dengan baik umumnya memiliki prognosis yang baik. Evaluasi rutin gejala, penggunaan obat, komorbid, serta faktor pencetus asma adalah beberapa indikator prognosis asma pada pasien.[1,15]
Angka kematian akibat asma semakin menurun dalam beberapa dekade terakhir, sejak ditemukannya terapi pemberian kortikosteroid inhalasi sebagai terapi pengontrol pada pasien asma. Namun demikian, pemberian kortikosteroid, walaupun dalam dosis kecil, terapi memiliki risiko komplikasi.[1]
Sullivan et al pada studinya membandingkan kelompok tanpa paparan kortikosteroid oral, kortikosteroid dosis rendah, dan kortikosteroid dosis tinggi. Setiap kelompok studi diikuti selama 2–10 tahun dan didapatkan hasil bahwa paparan kortikosteroid jangka panjang berhubungan dengan adanya risiko osteoporosis, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus tipe 2, katarak, ulkus gaster, hingga fraktur. Oleh sebab itu, walaupun pemberian kortikosteroid mampu menurunkan mortalitas pasien asma, dokter perlu memperhatikan risiko efek samping penggunaan kortikosteroid.[15,17]
Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon