Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) general_alomedika 2024-02-15T14:25:44+07:00 2024-02-15T14:25:44+07:00
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB)

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Sebagian besar diagnosis infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) adalah berdasarkan anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti rontgen thoraks dapat digunakan untuk diagnosis definitif dan membedakan antara masing-masing penyakit ISPB.

Anamnesis

Dari anamnesis pasien ISPB akan didapatkan keluhan penyakit yang bersifat akut (gejala <21 hari) dengan gejala utama berupa batuk. Minimal ada 1 gejala penyerta seperti peningkatan produksi sputum, dyspnea, nyeri dada, atau mengi dan tidak ada penyakit lain yang dapat menyebabkan gejala serupa misalnya asthma atau sinusitis. [2]

Bronkiolitis

Dari anamnesis gejala bronkiolitis yang dapat dikeluhkan adalah anak sulit makan, rewel, demam yang tidak terlalu tinggi, batuk, pilek, dan mengi.[5]

Bronkitis Akut

Bronkitis akut memiliki gejala akut tanpa riwayat penyakit paru kronis. Gejala yang dominan adalah batuk, bisa produktif atau tidak, dan gejala lain dari ISPB tanpa kemungkinan adanya penyakit lain seperti asthma. [2] Sputum pada bronkitis akut dapat berwarna kuning, kehijauan, disertai bercak darah ataupun tidak. Keluhan lain yang dapat menyertai adalah malaise, nyeri dada, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam. [6]

Pneumonia Komuniti

Pada pneumonia komuniti gejala akut yang muncul adalah batuk, disertai keluhan demam lebih dari 4 hari atau dyspnea dan takipnea.[2] Pasien dengan pneumonia komuniti akibat bakteri dapat mengeluhkan produksi sputum yang purulen. [21]

Penyakit Paru Obstruktif Kronis Eksaserbasi Akut dan Bronkiektasis

Eksaserbasi akut pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan bronkiektasis ditandai dengan munculnya keluhan dyspnea berat dan perburukan gejala lain yang membutuhkan penanganan medis. Pada pasien umumnya sudah didapatkan riwayat gangguan pernapasan yang kronis, sudah dalam pengobatan, tetapi gejala muncul karena pencetus misalnya ada infeksi saluran pernapasan atas. [2]

Pemeriksaan Fisik

Beberapa tanda yang dapat ditemukan saat pemeriksaan fisik adalah takipnea, takikardia, demam, retraksi dinding dada, dan hipoksia.

Bronkiolitis

Pada pemeriksaan fisik bronkiolitis yang dapat ditemukan adalah takipnea, takikardia, demam, retraksi dinding dada, dan hipoksia. Pada auskultasi paru dapat terdengar rales dan wheezing. Pemeriksaan fisik lain yang dapat ditemukan adalah tanda otitis media. Pada kondisi berat pasien bisa datang dengan kondisi sianosis ataupun apnea.[2,5]

Bronkitis Akut

Pemeriksaan fisik bronkitis akut dapat menunjukkan adanya rhinorrhea, retraksi dinding dada, wheezing, stridor inspirasi, dan sianosis perifer. Adanya tanda miringitis bulosa dapat meningkatkan kecurigaan Mycoplasma pneumoniae sebagai etiologi infeksi. [2,6]

Pneumonia Komuniti

Pada pemeriksaan fisik pneumonia komuniti dapat ditemukan takipnea, rales pada auskultasi paru, dan perubahan pada pemeriksaan fremitus taktil.

Takipnea pada anak <2 bulan adalah laju napas ≥60 kali/menit, pada usia  <12 bulan adalah laju napas >50 kali/menit, sedangkan pada anak usia 12-59 bulan adalah laju napas ≥40 kali/menit.

Peningkatan fremitus taktil dapat meningkatkan kecurigaan adanya konsolidasi, sedangkan penurunan fremitus taktil dapat disebabkan adanya efusi atau empiema.[11]

Penyakit Paru Obstruktif Kronis Eksaserbasi Akut

Pada pemeriksaan penyakit paru obstruktif kronis eksaserbasi akut akan didapatkan takipnea, takikardia, retraksi dinding dada, ekspirasi yang memanjang, perkusi dinding dada hipersonor, wheezing, dan penurunan suara paru saat auskultasi. Pada kasus berat dapat ditemukan sianosis dan peningkatan tekanan vena jugular.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda PPOK yang khas seperti barrel chest dan celah iga yang lebar.[7]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding dari ISPB adalah asthma, gagal jantung kongestif, dan emboli paru.

Asthma

Gejala asthma bersifat episodik dan umumnya didahului faktor pencetus tertentu. Gejala yang sering timbul adalah dyspnea dan wheezing. Pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator akan menunjukkan perbaikan. Pemeriksaan laboratorium darah dan rontgen thoraks biasanya normal atau bisa didapatkan gambaran hiperinflasi ringan. [11,22]

Gagal Jantung Kongestif

Gejala gagal jantung kongestif dapat berupa dyspnea, takikardia, dan nyeri dada. Pasien dapat datang dengan demam juga sehingga sering menyerupai pneumonia. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat ditemukan bunyi crackles.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda gagal jantung lain seperti edema tungkai, peningkatan tekanan vena jugular, asites, kelainan auskultasi bunyi jantung. Pada pemeriksaan rontgen thoraks mungkin didapatkan gambaran kardiomegali, kongesti paru, atau efusi. [23]

Emboli Paru

Pasien emboli paru dapat hanya mengeluhkan batuk saja. Pada pemeriksaan pasien dapat ditemukan hemoptisis, riwayat imobilisasi 1 bulan terakhir, takikardia, tanda deep vein thrombosis, riwayat emboli paru sebelumnya, atau riwayat keganasan. [24]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis ISPB adalah pemeriksaan rontgen thoraks, laboratorium darah, dan pemeriksaan kultur.

Rontgen Thoraks

Pemeriksaan rontgen thoraks dapat membantu membedakan penyakit-penyakit penyebab ISPB. Proyeksi rontgen thoraks yang ideal adalah posteroanterior dan lateral.

Pada pneumonia dengan etiologi bakteri gambaran rontgen thoraks bisa berupa konsolidasi segmental atau lobar. Pneumonia yang disebabkan oleh Chlamydia pneumoniae memberikan gambaran rontgen bercak-bercak radioopak segmental di salah satu sisi paru. Gambaran rontgen pneumonia atipikal yang paling sering adalah infiltrat difus atau lokal pada lapang paru.[2]

Pada kasus bronkiolitis gambaran rontgen thoraks biasanya bervariasi, misalnya gambaran normal, hiperinflasi, infiltrat lobar, atau atelektasis dapat ditemukan.

Pada kasus eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis dapat diperoleh gambaran hiperinflasi dengan infiltrat difus atau lokal.

Di Indonesia, karena angka kejadian tuberkulosis paru yang tinggi, perlu dicermati juga adanya tanda infeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada tuberkulosis paru dapat ditemukan gambaran infiltrat nonkalsifikasi, kavitas, dan nodus kalsifikasi homogen. [5,7]

Laboratorium Darah

Pemeriksaan laboratorium darah yang dapat ditemukan pada kondisi pneumonia tipikal adalah peningkatan jumlah leukosit, peningkatan laju endap darah dan C-reactive protein. Pada pneumonia atipikal hasil pemeriksaan bisa normal atau sedikit meningkat. [2]

Pemeriksaan Kultur

Berdasarkan guidelines dari NICE (National Institute for Health and Care Excellence), pemeriksaan kultur sebaiknya tidak dilakukan secara rutin melainkan terbatas untuk pneumonia dengan gejala yang berat atau bila pengobatan empiris tidak memberikan perbaikan gejala klinis. Sensitivitas kultur sputum berkisar antara 29-94%. Hasil kultur sputum dapat memberikan hasil yang negatif pada pneumonia atipikal.

Selain kultur sputum dapat juga dilakukan pemeriksaan kultur terhadap cairan pleura atau darah. Beberapa faktor seperti pemberian antibiotik sebelum pengambilan sampel, jumlah cairan sampel yang tidak adekuat, autolisis, dan tidak adanya bakteremia dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan menjadi negatif palsu. [2,25]

Pemeriksaan Penunjang Lain

Pemeriksaan penunjang lain seperti multiplex polymerase chain reaction (PCR), tes serologi seperti enzyme immunoassays, dan urinary antigen test, dapat dipertimbangkan untuk pasien-pasien yang tidak memberikan respon terhadap antibiotik. Pemeriksaan multiplex PCR sendiri diunggulkan dalam pemeriksaan pada kasus pneumonia komuniti karena kemampuannya untuk mendeteksi patogen virus dan bakteri atipikal.

Untuk mendeteksi adanya tuberkulosis paru, dapat dilakukan pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) dan tes Mantoux.[2]

Referensi

2. Mahashur A. Management of lower respiratory tract infection in outpatient settings: Focus on clarithyromycin. Lung India. 2018;35(2):143-149. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5846264/
5. Maraqa NF, Steele RW. Bronchiolitis. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview
6. Fayyaz J, Mosenifar Z. Bronchitis. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/297108-overview
7. Mosenifar Z, Oppenheimer JJ. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/297664-overview
11. Baer SL, Bronze MS. Community-acquired pneumonia (CAP). Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/234240-overview
21. Kaysin A, Viera AJ. Community-acquired pneumonia in adults: diagnosis and management. Am Fam Physician. 2016;94(9):698-706. https://www.aafp.org/afp/2016/1101/p698.html
22. Members of GINA Committee. Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2018. GINA, 2018. https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2018/04/wms-GINA-2018-report-tracked_v1.3.pdf
23. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, et al. 2017 ACC/AHA/HFSA Focused Update of the 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines and the Heart Failure Society of America. Circulation, 2017. 136(6): e137–e161. doi:10.1161/cir.0000000000000509
24. Woodhead M, Blasi F, Ewig S, Garau J, Huchon G, Ieven M, et al. Guidelines for the management of adult lower respiratory tract infections. Clin Microbiol Infect. 2011;17:E1-E59
25. NICE. Pneumonia in adults: diagnosis and management. 2014. https://www.nice.org.uk/guidance/cg191/chapter/1-recommendations

Epidemiologi Infeksi Saluran Per...
Penatalaksanaan Infeksi Saluran ...

Artikel Terkait

  • Kondisi di mana Pulse Oximetry Tidak Dapat Diandalkan
    Kondisi di mana Pulse Oximetry Tidak Dapat Diandalkan
  • Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
    Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
  • Penggunaan Pedoman WHO 2013 untuk Pneumonia pada Anak
    Penggunaan Pedoman WHO 2013 untuk Pneumonia pada Anak
  • Red Flags Batuk pada Bayi dan Anak
    Red Flags Batuk pada Bayi dan Anak
  • Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
    Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibuat 16 April 2025, 09:59
Apakah Vaksin Pneumonia PCV 20 ataupun PCV 13 dapat diberikan pada pasien dengan gambaran rontgen pneumonia tanpa gejala klinis?
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Apakah vaksin pneumonia pcv 20 ataupun pcv 13 bisa diberikan pada pasien dengan gambaran rontgen pneumonia tanpa gejala klinis?
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 06 Januari 2025, 09:40
Wabah virus Human metapneumovirus (HMPV) menjadi perhatian internasional!
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter.Beberapa waktu terakhir, wabah virus Human metapneumovirus (HMPV) yang telah menjadi perhatian internasional dalam . Virus ini menyebar dengan...
dr. Adi Nugraha
Dibalas 03 Januari 2025, 10:39
Susp. Bronkopneumonia dengan leukosit normal
Oleh: dr. Adi Nugraha
2 Balasan
Alo Dokter, ijin diskusi jika dari klinis menunjukkan ke arah BP tapi leukosit normal, kira-kira diagnosis yang tepat apa ya dok? apakah dengan demam dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.