Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) general_alomedika 2022-11-29T16:24:53+07:00 2022-11-29T16:24:53+07:00
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB)

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) bertujuan untuk menghilangkan patogen penyebab infeksi, mengurangi gejala yang dirasakan pasien, serta mengurangi risiko untuk reinfeksi dan rawat inap. [2]

Berobat Jalan

Pasien ISPB yang dapat berobat jalan adalah pasien dengan keadaan umum baik, tidak ada gangguan kesadaran, mampu meminum obat oral dengan baik, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak sianosis.

Antibiotik pilihan untuk terapi empiris pasien berobat jalan adalah amoxicillin. Bila pasien memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap amoxicillin, antibiotik golongan makrolid dapat menjadi pilihan.

Pasien dan keluarga diedukasi untuk kembali ke fasilitas kesehatan apabila tidak ada perubahan gejala setelah 3 hari terapi antibiotik atau ada perburukan gejala yang dialami. [2,24,25]

Medikamentosa

Terapi medikamentosa pada ISPB bertujuan untuk mengurangi gejala klinis yang dirasakan oleh pasien serta menghilangkan patogen penyebab infeksi.

Antibiotik

Pemberian medikamentosa berupa antibiotik diberikan pada ISPB kasus pneumonia dan eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Kapan Memberikan Antibiotik :

Berdasarkan rekomendasi dari NICE, pemberian antibiotik yang ideal pada kasus pneumonia tergantung dari hasil pemeriksaan C-reactive protein (CRP). Antibiotik dapat diberikan pada pasien dengan CRP >100 mg/dL. Pada pasien dengan CRP <100 mg/dL antibiotik sebaiknya tidak rutin diberikan atau diberikan bila tidak ada perbaikan klinis pasien setelah beberapa hari.

Pada kasus PPOK eksaserbasi akut antibiotik diberikan bila pasien menunjukkan gejala dyspnea, peningkatan produksi sputum, dan perubahan sputum menjadi purulen. [25]

Pada kasus bronkitis akut pemberian antibiotik sebaiknya dihindari pada pasien dengan keadaan umum baik. Pemberian antibiotik pada bronkitis akut dapat dipikirkan bila ada risiko terjadi komplikasi yang tinggi atau ada penyakit komorbid, misalnya pada pasien usia >65 tahun dengan riwayat rawat inap dalam 1 tahun terakhir, penderita diabetes mellitus atau gagal jantung kongestif, atau pasien yang sedang menggunakan terapi steroid. [2,25]

Untuk kasus bronkiolitis, walaupun penyebab tersering oleh karena infeksi virus, tetapi pemberian antibiotik spektrum luas dapat dibenarkan untuk kasus berat atau anak usia <1 tahun. [5]

Pilihan Antibiotik :

Antibiotik yang menjadi pilihan awal pada kasus ISPB adalah antibiotik spektrum luas. Pada beberapa penelitian, antibiotik golongan makrolid memberikan efektivitas pengobatan yang tinggi untuk kasus pneumonia komuniti, bronkitis akut, dan PPOK eksaserbasi akut. Antibiotik golongan makrolid memiliki daya penetrasi jaringan yang tinggi, selain itu makrolid juga memiliki efek anti inflamasi. Golongan makrolid banyak digunakan dalam penatalaksanaan medikamentosa pasien yang ISPB yang dirawat inap. Sediaan yang dapat digunakan adalah azythromycin dan clarithyromycin.

Untuk kasus anak-anak, WHO merekomendasikan pemberian kombinasi antibiotik ampicillin + gentamicin parenteral sebagai terapi lini pertama pneumonia berat pada anak usia 2-59 bulan. ceftriaxone dapat digunakan sebagai lini kedua bila dalam waktu 48-72 hari tidak ada perbaikan klinis. [26]  

Pasien dengan penyakit komorbid tertentu, dapat menggunakan kombinasi antibiotik golongan fluorokuinolon atau beta laktam + makrolid atau amoxicilin-clavulanate. Penggunaan antibiotik kombinasi tersebut sebaiknya dibatasi pada ISPB dengan gejala berat. Penggunaan antibiotik pada ISPB dengan gejala berat dapat diperpanjang hingga 10 hari.

Pasien rawat inap dengan kasus pneumonia komuniti dapat diberikan antibiotik ceftriaxone atau cefotaxime atau ampicillin-sulbactam + makrolid atau flurokuinolon saluran pernapasan (levofloxacin atau moxifloxacin). Pasien yang alergi dengan penisilin dapat diberikan terapi doxycycline atau fluorokuinolon. [2,11]

Tabel 1. Dosis Antibiotik Pilihan untuk ISPB

Nama Obat

Dewasa

Anak-anak

Amoxicillin 3 x 500 mg PO selama 7 hari

- ISPB:

<40 kg: 40-50 mg/kg/hari PO dibagi 3 dosis

>40 kg: dosis dewasa selama minimal 10 hari

- Pneumonia (tanpa retraksi dinding dada/ tanda bahaya): 80 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 5 hari

- Pneumonia komuniti : 90 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 10 hari; dosis maksimal 4000 mg/hari [26,27]

Amoxicillin-clavulanate 80-100 mg/kg/hari PO dosis amoxicillin selama 5 hari [28]
Ampicillin-sulbactam 4 x 1,5-3 gram IV selama minimal 5 hari

<1 tahun: 100-150 mg/kg/hari IV/IM dibagi 4 dosis

>1 tahun: 100-200 mg/kg/hari IV/IM dibagi 4 dosis [29]

Azithromycin

PPOK eksaserbasi akut: 1 x 500 mg PO selama 3 hari  

Pneumonia komuniti: 1 x 500 mg PO (hari pertama) dilanjutkan dengan 1 x 250 mg PO selama 4 hari

>6 bulan: 1 x 10 mg/kg PO untuk hari ke-1, dilanjutkan dengan 1 x 5 mg/kg selama 4 hari [30]
Cefuroxime axetil 2 x 250 mg PO selama 7 hari

<12 tahun: 30 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 10 hari

>12 tahun: 2 x 250 mg PO selama 10 hari [31]

Cefotaxime 3 x 1-2 g IV

<50 kg: 200 mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis

>50 kg: dosis dewasa [32]

Ceftriaxone 1-2 x 1-2 g IV selama minimal 5 hari 50-75 mg/kg/hari IV/IM dibagi 2 dosis [33]
Clarithromyxin 2 x 500 mg PO selama 7 hari >3 bulan: 15 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 10 hari; dosis maksimal 500 mg/dosis [34]
Kotrimoxazol - 8 mg/kg/hari PO dosis trimetroprim dibagi 2 dosis[26]
Doxycycline 2 x 100 mg PO selama 5-7 hari >8 tahun: 2 x 50-100 mg PO [35]
Gentamicin - 1 x 7,5 mg/kg/hari IV/IM selama minimal 5 hari [26]
Levofloxacin 1 x 500 mg IV selama 7-14 hari atau 1 x 750 mg IV selama 5 hari

6 bulan – 5 tahun: 1 x 16-20 mg/kg/hari PO

>5 tahun: 1 x 8-10 mg/kg/hari PO selama 10 hari; dosis maksimal 750 mg/dosis [36]

Moxifloxacin 1 x 400 mg PO/IV selama 7-14 hari Tidak dianjurkan untuk usia <18 tahun [37]

Beta Agonis dan Antikolinergik

Pada kasus eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis dan bronkitis akut, beta agonis dan antikolinergik inhalasi short-acting, seperti salbutamol, sebagai bronkodilator sudah tidak direkomendasikan sebagai terapi bronkiolitis.

Penggunaan beta agonis sebagai bronkodilator pada bronkiolitis masih kontroversial. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian beta agonis tidak mempengaruhi lama perawatan, saturasi oksigen, dan kebutuhan untuk dirawat inap. [6,7]

Kortikosteroid

Penelitian mengenai kortikosteroid, seperti prednison, untuk ISPB masih memberikan hasil yang pro dan kontra terhadap penggunaannya. Untuk kasus bronkiolitis, penelitian pada 30 rumah sakit anak di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 45% pasien diberikan kortikosteroid. Rekomendasi dari AAP sendiri tidak menganjurkan penggunaan kortikosteroid sistemik untuk kasus bronkiolitis.

Pada kasus pneumonia berat, penggunaan kortikosteroid selama 36 jam memiliki efek terhadap perbaikan gejala, lama perawatan yang lebih pendek, serta mengurangi durasi penggunaan antibiotik.

Pada kasus eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) kortikosteroid sistemik adalah terapi standar yang dapat memperbaiki fungsi paru dan oksigenasi, sehingga mempercepat penyembuhan dan mempersingkat durasi rawat inap. Pemberian steroid sistemik sebaiknya dibatasi untuk durasi ≤14 hari. [19,21]

Obat Lain

Obat-obatan lain seperti antitusif, ekspektoran, mukolitik, antihistamin, tidak dianjurkan untuk diberikan pada ISPB pada fasilitas kesehatan tingkat pertama [25] Pemberian antipiretik dianjurkan untuk kasus-kasus ISPB yang disertai demam. Obat antiinflamasi non steroid juga dapat diberikan pada kasus ISPB untuk mengurangi gejala nyeri ringan-sedang. [5,6]

Terapi Suportif

Terapi suportif ISPB bertujuan untuk menunjang fungsi tubuh pasien yang terdiri dari suplementasi oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan harian, penggunaan ventilasi mekanik, dan fisioterapi dada.

Suplementasi Oksigen

Suplementasi oksigen diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90% pada pemeriksaan pulse oximetry. Suplementasi oksigen via nasal kanul dapat mengurangi risiko anak untuk diintubasi pada kasus bronkiolitis. [5,11]

Pemenuhan Kebutuhan Cairan

Pemenuhan kebutuhan cairan harian perlu diberikan secara nasogastrik atau intravena pada pasien-pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya per oral. [38]

Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada tidak direkomendasikan untuk pasien dengan bronkiolitis. Pada kasus pneumonia, bronkitis akut, dan eksaserbasi akut PPOK, fisioterapi dada bertujuan untuk memperbaiki drainase sputum, termasuk bagi pasien-pasien yang menggunakan ventilasi mekanik. [6,7,11,38]

Nebulisasi Salin Hipertonik

Nebulisasi salin hipertonik (3%) pada kasus bronkiolitis dapat mengurangi gejala apabila hari rawat inap >3 hari. [5,38]

Ventilasi Mekanik

Ventilasi mekanik dibutuhkan pada kasus-kasus gagal napas atau apnea rekuren. [11]

Referensi

2. Mahashur A. Management of lower respiratory tract infection in outpatient settings: Focus on clarithyromycin. Lung India. 2018;35(2):143-149. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5846264/
5. Maraqa NF, Steele RW. Bronchiolitis. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview
6. Fayyaz J, Mosenifar Z. Bronchitis. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/297108-overview
7. Mosenifar Z, Oppenheimer JJ. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/297664-overview
11. Baer SL, Bronze MS. Community-acquired pneumonia (CAP). Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/234240-overview
24. Woodhead M, Blasi F, Ewig S, Garau J, Huchon G, Ieven M, et al. Guidelines for the management of adult lower respiratory tract infections. Clin Microbiol Infect. 2011;17:E1-E59
25. NICE. Pneumonia in adults: diagnosis and management. 2014. https://www.nice.org.uk/guidance/cg191/chapter/1-recommendations
26. WHO. Revised WHO classification and treatment of childhood pneumonia at health facilities. 2012. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/137319/9789241507813_eng.pdf?sequence=1
27. Medscape. Amoxicillin. 2018. https://reference.medscape.com/drug/amoxil-moxatag-amoxicillin-342473
28. Saffar MJ, Rezai MS. Management of lower respiratory tract illnesses in developing countries: a narrative review. J Pediatr Rev. 2014;2(2):47-56. http://jpr.mazums.ac.ir/article-1-80-en.pdf
29. Medscape. Ampicillin/sulbactam. 2018. https://reference.medscape.com/drug/unasyn-ampicillin-sulbactam-342476
30. Medscape. Azithromycin. 2018. https://reference.medscape.com/drug/zithromax-zmax-azithromycin-342523
31. Medscape. Cefuroxime. 2018. https://reference.medscape.com/drug/ceftin-zinacef-cefuroxime-342500
32. Medscape. Cefotaxime. 2018. https://reference.medscape.com/drug/claforan-cefotaxime-342506
33. Medscape. Ceftriaxone. 2018 https://reference.medscape.com/drug/rocephin-ceftriaxone-342510
34. Medscape. Clarithromycin. 2018. https://reference.medscape.com/drug/biaxin-xl-clarithromycin-342524
35. Medscape. Doxycycline. 2018. https://reference.medscape.com/drug/vibramycin-monodox-doxycycline-342548
36. Medscape. Levofloxacin. 2018. https://reference.medscape.com/drug/levaquin-levofloxacin-systemic-levofloxacin-342532
37. Medscape. Moxifloxacin. 2018. https://reference.medscape.com/drug/avelox-moxifloxacin-systemic-moxifloxacin-342537
38. Ralston SL, Lieberthal AS, Meissner HC, et al. Clinical Practice Guideline: The Diagnosis, Management, and Prevention of Bronchiolitis. Pediatrics, 2014. 134 (5): e1474-e1502. DOI: 10.1542/peds.2014-2742

Diagnosis Infeksi Saluran Pernap...
Prognosis Infeksi Saluran Pernap...

Artikel Terkait

  • Kondisi di mana Pulse Oximetry Tidak Dapat Diandalkan
    Kondisi di mana Pulse Oximetry Tidak Dapat Diandalkan
  • Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
    Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
  • Penggunaan Pedoman WHO 2013 untuk Pneumonia pada Anak
    Penggunaan Pedoman WHO 2013 untuk Pneumonia pada Anak
  • Red Flags Batuk pada Bayi dan Anak
    Red Flags Batuk pada Bayi dan Anak
  • Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
    Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibuat 16 April 2025, 09:59
Apakah Vaksin Pneumonia PCV 20 ataupun PCV 13 dapat diberikan pada pasien dengan gambaran rontgen pneumonia tanpa gejala klinis?
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Apakah vaksin pneumonia pcv 20 ataupun pcv 13 bisa diberikan pada pasien dengan gambaran rontgen pneumonia tanpa gejala klinis?
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 06 Januari 2025, 09:40
Wabah virus Human metapneumovirus (HMPV) menjadi perhatian internasional!
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter.Beberapa waktu terakhir, wabah virus Human metapneumovirus (HMPV) yang telah menjadi perhatian internasional dalam . Virus ini menyebar dengan...
dr. Adi Nugraha
Dibalas 03 Januari 2025, 10:39
Susp. Bronkopneumonia dengan leukosit normal
Oleh: dr. Adi Nugraha
2 Balasan
Alo Dokter, ijin diskusi jika dari klinis menunjukkan ke arah BP tapi leukosit normal, kira-kira diagnosis yang tepat apa ya dok? apakah dengan demam dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.