Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB)
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) bertujuan untuk menghilangkan patogen penyebab infeksi, mengurangi gejala yang dirasakan pasien, serta mengurangi risiko untuk reinfeksi dan rawat inap. [2]
Berobat Jalan
Pasien ISPB yang dapat berobat jalan adalah pasien dengan keadaan umum baik, tidak ada gangguan kesadaran, mampu meminum obat oral dengan baik, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak sianosis.
Antibiotik pilihan untuk terapi empiris pasien berobat jalan adalah amoxicillin. Bila pasien memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap amoxicillin, antibiotik golongan makrolid dapat menjadi pilihan.
Pasien dan keluarga diedukasi untuk kembali ke fasilitas kesehatan apabila tidak ada perubahan gejala setelah 3 hari terapi antibiotik atau ada perburukan gejala yang dialami. [2,24,25]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada ISPB bertujuan untuk mengurangi gejala klinis yang dirasakan oleh pasien serta menghilangkan patogen penyebab infeksi.
Antibiotik
Pemberian medikamentosa berupa antibiotik diberikan pada ISPB kasus pneumonia dan eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Kapan Memberikan Antibiotik :
Berdasarkan rekomendasi dari NICE, pemberian antibiotik yang ideal pada kasus pneumonia tergantung dari hasil pemeriksaan C-reactive protein (CRP). Antibiotik dapat diberikan pada pasien dengan CRP >100 mg/dL. Pada pasien dengan CRP <100 mg/dL antibiotik sebaiknya tidak rutin diberikan atau diberikan bila tidak ada perbaikan klinis pasien setelah beberapa hari.
Pada kasus PPOK eksaserbasi akut antibiotik diberikan bila pasien menunjukkan gejala dyspnea, peningkatan produksi sputum, dan perubahan sputum menjadi purulen. [25]
Pada kasus bronkitis akut pemberian antibiotik sebaiknya dihindari pada pasien dengan keadaan umum baik. Pemberian antibiotik pada bronkitis akut dapat dipikirkan bila ada risiko terjadi komplikasi yang tinggi atau ada penyakit komorbid, misalnya pada pasien usia >65 tahun dengan riwayat rawat inap dalam 1 tahun terakhir, penderita diabetes mellitus atau gagal jantung kongestif, atau pasien yang sedang menggunakan terapi steroid. [2,25]
Untuk kasus bronkiolitis, walaupun penyebab tersering oleh karena infeksi virus, tetapi pemberian antibiotik spektrum luas dapat dibenarkan untuk kasus berat atau anak usia <1 tahun. [5]
Pilihan Antibiotik :
Antibiotik yang menjadi pilihan awal pada kasus ISPB adalah antibiotik spektrum luas. Pada beberapa penelitian, antibiotik golongan makrolid memberikan efektivitas pengobatan yang tinggi untuk kasus pneumonia komuniti, bronkitis akut, dan PPOK eksaserbasi akut. Antibiotik golongan makrolid memiliki daya penetrasi jaringan yang tinggi, selain itu makrolid juga memiliki efek anti inflamasi. Golongan makrolid banyak digunakan dalam penatalaksanaan medikamentosa pasien yang ISPB yang dirawat inap. Sediaan yang dapat digunakan adalah azythromycin dan clarithyromycin.
Untuk kasus anak-anak, WHO merekomendasikan pemberian kombinasi antibiotik ampicillin + gentamicin parenteral sebagai terapi lini pertama pneumonia berat pada anak usia 2-59 bulan. ceftriaxone dapat digunakan sebagai lini kedua bila dalam waktu 48-72 hari tidak ada perbaikan klinis. [26]
Pasien dengan penyakit komorbid tertentu, dapat menggunakan kombinasi antibiotik golongan fluorokuinolon atau beta laktam + makrolid atau amoxicilin-clavulanate. Penggunaan antibiotik kombinasi tersebut sebaiknya dibatasi pada ISPB dengan gejala berat. Penggunaan antibiotik pada ISPB dengan gejala berat dapat diperpanjang hingga 10 hari.
Pasien rawat inap dengan kasus pneumonia komuniti dapat diberikan antibiotik ceftriaxone atau cefotaxime atau ampicillin-sulbactam + makrolid atau flurokuinolon saluran pernapasan (levofloxacin atau moxifloxacin). Pasien yang alergi dengan penisilin dapat diberikan terapi doxycycline atau fluorokuinolon. [2,11]
Tabel 1. Dosis Antibiotik Pilihan untuk ISPB
Nama Obat | Dewasa | Anak-anak |
Amoxicillin | 3 x 500 mg PO selama 7 hari | - ISPB: <40 kg: 40-50 mg/kg/hari PO dibagi 3 dosis >40 kg: dosis dewasa selama minimal 10 hari - Pneumonia komuniti : 90 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 10 hari; dosis maksimal 4000 mg/hari [26,27] |
Amoxicillin-clavulanate | 80-100 mg/kg/hari PO dosis amoxicillin selama 5 hari [28] | |
Ampicillin-sulbactam | 4 x 1,5-3 gram IV selama minimal 5 hari | <1 tahun: 100-150 mg/kg/hari IV/IM dibagi 4 dosis >1 tahun: 100-200 mg/kg/hari IV/IM dibagi 4 dosis [29] |
Azithromycin | PPOK eksaserbasi akut: 1 x 500 mg PO selama 3 hari Pneumonia komuniti: 1 x 500 mg PO (hari pertama) dilanjutkan dengan 1 x 250 mg PO selama 4 hari | >6 bulan: 1 x 10 mg/kg PO untuk hari ke-1, dilanjutkan dengan 1 x 5 mg/kg selama 4 hari [30] |
Cefuroxime axetil | 2 x 250 mg PO selama 7 hari | <12 tahun: 30 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 10 hari >12 tahun: 2 x 250 mg PO selama 10 hari [31] |
Cefotaxime | 3 x 1-2 g IV | <50 kg: 200 mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis >50 kg: dosis dewasa [32] |
Ceftriaxone | 1-2 x 1-2 g IV selama minimal 5 hari | 50-75 mg/kg/hari IV/IM dibagi 2 dosis [33] |
Clarithromyxin | 2 x 500 mg PO selama 7 hari | >3 bulan: 15 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosis selama 10 hari; dosis maksimal 500 mg/dosis [34] |
Kotrimoxazol | - | 8 mg/kg/hari PO dosis trimetroprim dibagi 2 dosis[26] |
Doxycycline | 2 x 100 mg PO selama 5-7 hari | >8 tahun: 2 x 50-100 mg PO [35] |
Gentamicin | - | 1 x 7,5 mg/kg/hari IV/IM selama minimal 5 hari [26] |
Levofloxacin | 1 x 500 mg IV selama 7-14 hari atau 1 x 750 mg IV selama 5 hari | 6 bulan – 5 tahun: 1 x 16-20 mg/kg/hari PO >5 tahun: 1 x 8-10 mg/kg/hari PO selama 10 hari; dosis maksimal 750 mg/dosis [36] |
Moxifloxacin | 1 x 400 mg PO/IV selama 7-14 hari | Tidak dianjurkan untuk usia <18 tahun [37] |
Beta Agonis dan Antikolinergik
Pada kasus eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis dan bronkitis akut, beta agonis dan antikolinergik inhalasi short-acting, seperti salbutamol, sebagai bronkodilator sudah tidak direkomendasikan sebagai terapi bronkiolitis.
Penggunaan beta agonis sebagai bronkodilator pada bronkiolitis masih kontroversial. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian beta agonis tidak mempengaruhi lama perawatan, saturasi oksigen, dan kebutuhan untuk dirawat inap. [6,7]
Kortikosteroid
Penelitian mengenai kortikosteroid, seperti prednison, untuk ISPB masih memberikan hasil yang pro dan kontra terhadap penggunaannya. Untuk kasus bronkiolitis, penelitian pada 30 rumah sakit anak di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 45% pasien diberikan kortikosteroid. Rekomendasi dari AAP sendiri tidak menganjurkan penggunaan kortikosteroid sistemik untuk kasus bronkiolitis.
Pada kasus pneumonia berat, penggunaan kortikosteroid selama 36 jam memiliki efek terhadap perbaikan gejala, lama perawatan yang lebih pendek, serta mengurangi durasi penggunaan antibiotik.
Pada kasus eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) kortikosteroid sistemik adalah terapi standar yang dapat memperbaiki fungsi paru dan oksigenasi, sehingga mempercepat penyembuhan dan mempersingkat durasi rawat inap. Pemberian steroid sistemik sebaiknya dibatasi untuk durasi ≤14 hari. [19,21]
Obat Lain
Obat-obatan lain seperti antitusif, ekspektoran, mukolitik, antihistamin, tidak dianjurkan untuk diberikan pada ISPB pada fasilitas kesehatan tingkat pertama [25] Pemberian antipiretik dianjurkan untuk kasus-kasus ISPB yang disertai demam. Obat antiinflamasi non steroid juga dapat diberikan pada kasus ISPB untuk mengurangi gejala nyeri ringan-sedang. [5,6]
Terapi Suportif
Terapi suportif ISPB bertujuan untuk menunjang fungsi tubuh pasien yang terdiri dari suplementasi oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan harian, penggunaan ventilasi mekanik, dan fisioterapi dada.
Suplementasi Oksigen
Suplementasi oksigen diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90% pada pemeriksaan pulse oximetry. Suplementasi oksigen via nasal kanul dapat mengurangi risiko anak untuk diintubasi pada kasus bronkiolitis. [5,11]
Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Pemenuhan kebutuhan cairan harian perlu diberikan secara nasogastrik atau intravena pada pasien-pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya per oral. [38]
Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada tidak direkomendasikan untuk pasien dengan bronkiolitis. Pada kasus pneumonia, bronkitis akut, dan eksaserbasi akut PPOK, fisioterapi dada bertujuan untuk memperbaiki drainase sputum, termasuk bagi pasien-pasien yang menggunakan ventilasi mekanik. [6,7,11,38]
Nebulisasi Salin Hipertonik
Nebulisasi salin hipertonik (3%) pada kasus bronkiolitis dapat mengurangi gejala apabila hari rawat inap >3 hari. [5,38]
Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik dibutuhkan pada kasus-kasus gagal napas atau apnea rekuren. [11]