Teknik Tes Kreatinin
Dari segi teknik, tes kreatinin biasanya dilakukan dengan mengambil sampel dari darah pasien atau urin. Dua metode yang umum digunakan untuk tes kreatinin adalah metode enzimatik dan metode Jaffe. Nilai klirens kreatinin (CrCl) yang didapatkan selanjutnya menjadi acuan untuk menghitung nilai laju filtrasi glomerulus (GFR) pasien.[1,3,11]
Persiapan Pasien
Secara umum, pemeriksaan kadar serum kreatinin tidak membutuhkan persiapan khusus bagi pasien. Sampel darah acak sudah mencukupi untuk melakukan pemeriksaan, sehingga tidak diperlukan puasa. Meski begitu, yang perlu diperhatikan adalah diet pasien, karena kadar kreatinin bisa dipengaruhi oleh konsumsi daging merah.[7,11]
Persiapan Sampel Darah
Bahan pemeriksaan tes kreatinin adalah serum darah pasien dan sampel urin yang dikumpulkan dalam 24 jam terakhir. Sampel darah yang diperlukan adalah 1 mL (minimum 0,5 mL), yang selanjutnya ditampung di dalam tabung yang telah dilabeli, untuk disimpan di mesin dengan suhu pendingin atau pada titik beku.[1,3]
Persiapan Sampel Urin
Sampel urin 24 jam dikumpulkan dengan cara dimasukkan dalam wadah plastik penampung urin. Teknik menampung urin dilakukan dengan buang air kecil di toilet terlebih dahulu, lalu setelah kandung kemih kosong catat waktu dan tanggal pengumpulan sampel urin hingga 24 jam ke depan dan selanjutnya wadah ditempatkan di suhu ruangan. Pasien yang sedang mengumpulkan sampel urin 24 jam dianjurkan untuk minum setidaknya 8 gelas air.[1,3]
Peralatan
Peralatan yang harus dipersiapkan pada tes kreatinin adalah tabung sampel darah yang telah diberi identitas pasien dan wadah plastik kedap air penampung sampel urin 24 jam pasien.[1,3]
Prosedural
Setelah sampel diambil, tes kreatinin dapat dilakukan menggunakan dua metode utama, yakni metode Jaffe dan metode enzimatik.[11]
Metode Jaffe
Metode Jaffe adalah metode yang paling umum digunakan dalam pengukuran kreatinin serum ataupun urin. Dalam metode ini, kreatinin dalam sampel bereaksi dengan natrium pikrat alkalin untuk membentuk kompleks warna oranye atau merah-oranye.
Intensitas warna yang dihasilkan diukur secara spektrofotometri dan berkorelasi dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel. Metode Jaffe cenderung sensitif terhadap adanya zat lain dalam sampel yang dapat mengganggu reaksi warna, seperti asam askorbat, glukosa, protein, dan bilirubin obat-obatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian kualitas yang ketat dan penghilangan zat-zat tersebut sebelum pengukuran.[11]
Metode Enzimatik
Metode enzimatik menggunakan reaksi enzimatik untuk mengukur kreatinin dalam sampel darah atau urin. Dalam metode ini, kreatinin diubah oleh enzim spesifik, seperti kreatininase, menjadi zat yang dapat diukur dengan detektor warna atau fotometri.
Substansi yang dihasilkan dalam reaksi enzimatik, seperti amonia atau sarcosine, kemudian menghasilkan produk yang dapat diukur secara kolorimetri atau fotometri untuk menentukan konsentrasi kreatinin dalam sampel. Metode ini cenderung lebih spesifik dan kurang rentan terhadap interferensi oleh zat lain dalam sampel darah, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat, terutama pada pasien dengan kadar kreatinin rendah atau pada situasi di mana terdapat zat interferen dalam sampel.[11]
Klirens Kreatinin
Untuk menghitung klirens kreatinin (CrCl), kadar kreatinin dalam urin dikalikan dengan total volume urin yang diproduksi selama 24 jam. Hasilnya kemudian dibagi dengan kadar kreatinin dalam darah. Nilai akhir dikonversi ke mililiter darah per menit (mL/menit).[1,8]
Berikut rumus nilai CrCl
- C = (U x V) / P
C = clearance, U = konsentrasi kreatinin dalam urin, V = laju aliran urin (mL/min), dan P = konsentrasi kreatinin plasma.[8,9]
CrCl juga dapat diperkirakan dengan hanya kadar kreatinin serum saja tanpa perlu mengukur kreatinin urin. Salah satunya dengan menggunakan rumus The Cockcroft-Gault (C-G) formula. Formula ini menggunakan berat badan pasien (kg) dan jenis kelamin untuk memperkirakan CrCl (mg/dL). Berikut formulanya:
- CrCl = (140 – usia dalam tahun) x (berat badan) x 1,23)
(serum kreatinin)
Jika menggunakan formula ini, maka kadar serum kreatinin yang digunakan adalah dalam satuan µmol/L.[1,8,9]
Follow up
Setelah nilai kreatinin diketahui, dokter perlu menerangkan pada pasien apakah kadar tersebut normal atau tidak.
Interpretasi Hasil Kreatinin
Rentang nilai normal kreatinin serum adalah 0,7-1,3 mg/dL (61,9-114,9 µmol/L) untuk pria dewasa; dan sekitar 0,6-1,1 mg/dL (53-97,2 µmol/L) untuk wanita dewasa.
Rentang nilai normal kreatinin urin sangat luas, yakni 955-2.936 mg/24 jam pada pria; dan 601-1.689 mg/24 jam pada wanita dewasa.
Rentang nilai normal CrCl adalah 110-150 mL/menit pada pria dan 100-130 mL/menit pada wanita.
Kadar kreatinin di atas normal berkorelasi secara langsung dengan nilai GFR dan mengindikasikan adanya disfungsi ginjal. Kadar kreatinin serum 2 mg/dL berkorelasi dengan reduksi GFR hingga 50%. Kadar kreatinin serum 4 mg/dL dikaitkan dengan reduksi GFR 70-85%.[1,3,8]
Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin
Kadar serum kreatinin dapat dipengaruhi oleh fungsi otot, aktivitas, diet tinggi protein, dan status kesehatan pasien. Penurunan kadar serum kreatinin dapat ditemukan pada pasien dengan muscular dystrophy paralysis, anemia, leukemia, dan hipertiroid. Sementara itu, penyakit yang dapat meningkatkan kadar serum kreatinin antara lain glomerulonefritis, syok, gagal jantung kongestif, penyakit ginjal polikistik, nekrosis tubular akut, dan dehidrasi.[1]