Pengawasan Klinis Lamotrigine
Pengawasan klinis terhadap penggunaan lamotrigine adalah dokter dan pasien belajar memantau perburukan klinis dan keinginan bunuh diri, reaksi hipersensitivitas, frekuensi dan durasi kejang, gejala dan tanda meningitis.
Pemantauan nilai konsentrasi lamotrigine perlu diperhatikan meskipun hingga saat ini belum ditetapkan pemeriksaan konsentrasi lamotrigine. Adanya interaksi obat antara lamotrigine dan obat lain dapat mempengaruhi konsentrasi lamotrigine, penilaian klinis dan pemantauan dosis obat harus dilakukan selama penggunaan lamotrigine. Beberapa pemeriksaan laboratorium tambahan selama terapi adalah tes fungsi hepar dan tes fungsi ginjal.[1,12,20]
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal yang umumnya dipantau adalah ada tidaknya penurunan fungsi ginjal, kreatinin, dan protein urin. Meskipun kasusnya sangat jarang, lamotrigine dapat menyebabkan terjadinya acute interstitial nefritis (AIN). Pasien akan mengeluhkan demam, ruam makulopapular, dan malaise. Pada saat pemberian obat, ditemukan juga peningkatan kreatinin yang disertai penurunan fungsi ginjal dan oliguria. Bila terdapat kecurigaan AIN, sebaiknya dilakukan biopsi ginjal.[22]
Onset terjadinya gangguan fungsi ginjal berkisar sekitar 4 minggu dari terapi lamotrigine (baik saat memulai terapi ataupun saat menaikkan dosis terapi). Terapi AIN yang disebabkan oleh lamotrigine tidak berbeda dengan AIN yang disebabkan obat-obatan lainnya. Penghentian lamotrigine dan pemberian steroid injeksi dapat memperbaiki fungsi ginjal kembali dalam beberapa minggu.[22]
Pemeriksaan Fungsi Hepar
Pemeriksaan fungsi hepar yang perlu dipantau adalah aspartate aminotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT). Hepatotoksisitas akibat lamotrigine umumnya terjadi pada 1 dari 2.000-10.000 pasien. Liver injury merupakan bagian dari reaksi alergi sistemik (anticonvulsant hypersensitivity syndrome (AHS) atau drug rash with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) syndrome). Fungsi hepar perlu dipantau saat satu hingga beberapa minggu setelah pengobatan lamotrigine. Pemeriksaan hepar juga perlu dipantau kembali bila ada perubahan dosis obat dan terutama bila terdapat keluhan reaksi alergi sistemik juga. Hepatotoksisitas banyak dicurigai bila pada pasien memakai lamotrigine yang dikombinasi dengan asam valproat. Hepatotoksisitas lamotrigine biasanya bersifat reversible dalam beberapa hari setelah obat dihentikan.[23]
Pemantauan Keinginan Bunuh Diri
Zavodnick dan Ali mengindikasikan pasien yang resistensi terhadap terapi, komorbid gangguan cemas, dan gangguan kepribadian mendapatkan keuntungan dari terapi lamotrigine. Tetapi menurut Olesen et al., lamotrigine dapat meningkatkan risiko keinginan bunuh diri. Oleh sebab itu, pemantauan fase akut dari episode mood, mengontrol rekuren/relaps dari episode mood, dan stabilitas mood jangka lama diperlukan selama terapi obat lamotrigine pada kasus gangguan bipolar. 25% dari 50% pasien dengan gangguan bipolar memiliki keinginan bunuh diri setidaknya 1 kali dan akan terjadi perburukan gejala depresi baik pada pasien yang ada atau tidak mengonsumsi obat-obatan untuk gangguan bipolar (termasuk lamotrigine).[12,24]
Pemeriksaan Obat-obat Rutin
Pemeriksaan obat-obat yang rutin perlu diketahui bila akan memberikan obat lamotrigine. lamotrigine dimetabolisme oleh konjugasi asam glukoronat sehingga obat-obat yang dapat menginduksi/menghambat glukuronidasi dapat mempengaruhi efek klirens terhadap lamotrigine. Obat-obat tersebut adalah carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, primidone, asam valproat, terapi kontrasepsi hormonal, rifampisin, obat antiretroviral (lopinavir/ritonavir, atazanavir/ritonavir).[1,12]
Pemantauan Tanda-tanda Overdosis
Beberapa kasus melaporkan overdosis karena pemakaian dosis amotrigine dosis tinggi yaitu 15-16 gram. Pasien dicurigai overdosis bila terdapat gejala mengantuk, mual, muntah, ataksia, kejang, nistagmus, hipertonus, koma, dan depresi nafas. Pasien sebaiknya dirawat bila ditemukan adanya kasus overdosis. Tidak terdapat antidot khusus untuk penanganan overdosis lamotrigine. Penanganan untuk kasus overdosis adalah berupa terapi suportif, segera dibilas lambung, dan membuka jalan nafas bila ada hambatan jalan nafas.[1,12,20]