Edukasi dan Promosi Kesehatan Hepatitis B
Edukasi dan promosi kesehatan hepatitis B yang terpenting adalah terkait pencegahan, yakni pemberian vaksin hepatitis B dan profilaksis pasca pajanan. Karena transmisi terbanyak terjadi dari ibu ke bayi, pemberian vaksin hepatitis B pada masa awal kehidupan berperan besar dalam manajemen hepatitis B.[1,3,5,12]
Edukasi Pasien
Edukasi pada pasien hepatitis B dilakukan terkait pencegahan kerusakan hepar lebih lanjut, pencegahan transmisi, dan edukasi pada keluarga pasien yang berkontak dekat dengan pasien.
Edukasi Terkait Kerusakan Hepar Lebih Lanjut
Pasien dengan hepatitis B perlu disarankan untuk menghindari atau membatasi konsumsi alkohol. Sampaikan pada pasien agar tidak memulai obat baru, termasuk obat bebas dan obat herbal, tanpa berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Arahkan pasien untuk mendapat vaksin hepatitis A sebagai langkah preventif.
Edukasi Terkait Langkah Pencegahan Transmisi
Pasien yang sudah terinfeksi hepatitis B harus diedukasi untuk:
- Menggunakan kondom untuk melindungi pasangan seks yang belum imun
- Menutupi luka pada kulit untuk mencegah penyebaran melalui sekret atau darah yang mungkin keluar dari luka
- Tidak mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, jaringan lain, atau air mani
- Tidak berbagi barang-barang rumah tangga, termasuk sikat gigi, pisau cukur, atau peralatan suntik pribadi.
- Jika ke dokter gigi atau melakukan pengobatan medis lain, pasien harus menginformasikan pada petugas kesehatan mengenai hepatitis B yang dideritanya
Edukasi Individu yang Kontak Erat
Pasangan seksual pasien yang terinfeksi hepatitis B harus dianjurkan untuk menggunakan kondom sebagai tindakan pencegahan transmisi. Orang di sekeliling pasien perlu diedukasi bahwa hepatitis B tidak ditularkan dari berpelukan, batuk, air, makanan, atau kontak kasual lainnya.
Sampaikan bahwa pasien tidak perlu dikucilkan dari pergaulan sosial, termasuk sekolah dan pekerjaan. Sampaikan bahwa hepatitis B dapat diobati dan dikendalikan.[1,4,5,12]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan hepatitis B adalah melalui vaksinasi dan pemberian profilaksis pasca pajanan.[1,3,4,12]
Vaksinasi
Vaksinasi hepatitis B tersedia dalam bentuk vaksin tunggal maupun kombinasi. Pada anak di Indonesia, vaksin hepatitis B diberikan sesuai jadwal vaksin oleh Ikatan Dokter Anak Indoensia (IDAI).
Pada dewasa, vaksin diberikan 3 kali, dengan rekomendasi jarak dosis ke-2 minimal 4 minggu dari dosis pertama dan dosis ke-3 minimal 16 minggu dari dosis pertama atau 8 minggu dari dosis kedua. Injeksi booster hanya disarankan pada pasien imunokompromais yang mengalami penurunan anti-HBs di bawah 10 mIU/mL.[1,5,12]
Profilaksis Pasca Pajanan
Profilaksis pasca pajanan (PEP) diberikan dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 0,06 ml/kg berat badan disertai dengan vaksin hepatitis B pada lokasi injeksi yang terpisah. Regimen profilaksis pasca pajanan diberikan berdasarkan riwayat vaksinasi pasien dan jenis pajanan yang dialami. Sebagai contoh, PEP pada paparan perkutan seperti akibat needle stick injury pada pasien yang belum divaksin dilakukan menggunakan pemberian HBIG dan vaksinasi regimen lengkap.[12]
Tabel 1. Regimen Profilaksis Pasca Pajanan
Jenis Pajanan | Belum Divaksin | Sudah Divaksin |
Paparan dari sumber dengan HBsAg positif | ||
Perkutan (misalnya gigitan atau jarum suntik) atau paparan mukosa terhadap darah atau cairan tubuh HBsAg-positif | Berikan regimen penuh vaksin hepatitis B dan HBIG | Lengkapi seri vaksin hepatitis B dan HBIG, jika seri vaksin tidak lengkap atau |
Kontak seks atau berbagi jarum dengan orang HBsAg positif | Berikan dosis booster vaksin hepatitis B, jika vaksinasi sebelumnya tanpa tes | |
Korban serangan seksual atau pelecehan oleh penyerang yang HBsAg positif | ||
Paparan dari sumber dengan status HBsAg tidak diketahui | ||
Perkutan (misalnya gigitan atau jarum suntik) atau paparan mukosa terhadap darah atau cairan tubuh yang berpotensi menular dari sumber dengan status HBsAg yang tidak diketahui | Berikan regimen penuh vaksin hepatitis B | Lengkapi regimen vaksin hepatitis B |
Kontak seks atau berbagi jarum suntik dengan orang dengan status HBsAg yang tidak diketahui | ||
Korban kekerasan seksual atau pelecehan oleh pelaku dengan status HBsAg yang tidak diketahui |
Sumber: dr.Bedry Qintha, Alomedika, 2022.[12]
Skrining
Skrining hepatitis B perlu dilakukan pada populasi berikut:
- Tinggal di daerah endemis hepatitis B
- Belum diimunisasi pada saat bayi
- Lelaki seks dengan lelaki (LSL)
- Pengguna narkoba suntik
- Pasien yang membutuhkan pengobatan imunosupresi
- Donor darah maupun donor organ
- Pasien dengan peningkatan parameter laboratorium fungsi hepar yang tidak diketahui penyebabnya
- Pasien yang membutuhkan hemodialisis
- Seluruh ibu hamil dan bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif,
- Pasien dengan penyakit hati kronik
- Pasien dengan HIV atau serumah dengan penderita hepatitis B
Jika pada populasi tersebut hasil tes menunjukkan seronegatif, maka perlu dilanjutkan dengan pemberian vaksinasi. Tes skrining dilakukan dengan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs.[5]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita