Epidemiologi Hepatitis B
Data epidemiologi hepatitis B yang dipublikasikan WHO tahun 2017 melaporkan bahwa prevalensi global hepatitis B adalah 3,5% dari seluruh populasi dunia, atau sekitar 257 juta jiwa. Sebagian besar orang yang saat ini hidup dengan infeksi hepatitis B adalah orang yang lahir sebelum vaksin hepatitis B tersedia secara luas dan digunakan pada bayi.[7]
Global
Seperti telah disebutkan di atas, WHO memperkirakan bahwa 3,5% dari populasi dunia, atau sekitar 257 juta orang, mengalami hepatitis B kronik. Prevalensi infeksi hepatitis B dilaporkan tertinggi di regio Afrika (6,1%) dan Pasifik Barat (6,2%).[1,3,7]
Menurut laporan yang sama, WHO menyatakan bahwa prevalensi global hepatitis B pada pasien HIV adalah sebesar 7,4%. Sebesar 71% pasien yang mengalami koinfeksi hepatitis B dan HIV tinggal di regio sub-Sahara Afrika.[7]
Indonesia
Hepatitis B adalah salah satu masalah kesehatan global di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi hepatitis adalah 1,2%, yaitu meningkat 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi selama periode tersebut. Sekitar 21,8 % dari seluruh kasus hepatitis di Indonesia merupakan hepatitis B.
Pada Riskesdas tahun 2018, tidak ditampilkan data mengenai jumlah penderita hepatitis B. Data prevalensi hepatitis B masih minim karena beberapa faktor antara lain sistem surveilans yang kurang mumpuni yang menyebabkan underreporting tinggi, adanya hambatan geografis, serta terbatasnya fasilitas kesehatan yang mampu mendeteksi infeksi hepatitis B.[6,8-10]
Mortalitas
Sebuah kohort berbasis populasi di Amerika Serikat melaporkan tingkat mortalitas dari hepatitis B kronik. Kohort ini melibatkan 39.026 partisipan dan melaporkan bahwa tingkat mortalitas pada kasus hepatitis B kronik sebesar 21,4 per 1000 orang-tahun. Sementara itu, individu dengan riwayat infeksi hepatitis B sebelumnya dilaporkan memiliki tingkat mortalitas sebesar 15,1 per 1000 orang-tahun. Dalam analisis lanjutan, dilaporkan bahwa pasien dengan hepatitis B kronik mengalami peningkatan risiko kematian segala sebab sebanyak 2 kali lipat dan mortalitas terkait gangguan hepar meningkat 3 kali lipat.[11]
Data CDC Amerika Serikat memperkirakan bahwa 25% orang yang terinfeksi hepatitis B kronik selama masa kanak-kanak dan 15% yang terinfeksi kronik setelah melewati masa kanak-kanak meninggal karena sirosis atau neoplasma hepar. Infant merupakan populasi yang paling berisiko mengalami infeksi kronik hepatitis B. Sementara itu, kebanyakan orang dewasa dapat sembuh dari infeksi akut dan tidak berkembang menjadi infeksi kronik.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita