Diagnosis Sepsis
Diagnosis sepsis dapat ditegakkan jika ditemukan adanya infeksi yang dicurigai atau terdokumentasi, disertai tanda disfungsi organ. Dalam pedoman Surviving Sepsis Campaign 2021, skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) dapat digunakan untuk memprediksi kesintasan pasien, sedangkan skor qSOFA (quick SOFA) tidak lagi disarankan digunakan secara tunggal untuk penapisan diagnosis sepsis karena sensitivitas diagnostik yang buruk.[4,11]
Anamnesis
Manifestasi klinis pada sepsis sangat bervariasi, tergantung pada tempat infeksi pertama kali, organisme penyebab, pola disfungsi organ, status kesehatan pasien sebelumnya, dan interval sebelum tatalaksana awal.
Gejala Awal
Sepsis merupakan respon inflamasi terhadap adanya infeksi. Gejala yang muncul akibat kondisi tersebut yaitu adanya demam atau hipotermia. Gejala awal lainnya yaitu takikardia dan takipnea. Pasien yang mengarah pada syok sepsis akan mengalami hipotensi, oliguria atau anuria, sianosis, hipoksia, dan perubahan status mental.[5]
Gejala Konstitusional
Manifestasi konstitusional dapat berupa diaforesis, demam atau menggigil, malaise, dan myalgia.[5-7]
Sistem Kardiovaskular
Manifestasi sepsis pada sistem kardiovaskular dapat berupa akral dingin, hipotensi, waktu pengisian kapiler memanjang, dan takikardia.[5-7]
Dermatologi
Manifestasi dermatologi biasanya menunjukkan tanda-tanda infeksi berupa abses dan selulitis, atau gangguan koagulasi berupa ekimosis atau petekie. Apabila terjadi gangguan fungsi hati, maka akan didapatkan ikterik.[5-7]
Endokrin
Pada sistem endokrin bisa muncul hiperglikemia yang terjadi karena resistensi insulin akibat sepsis.[5-7]
Gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal, dapat didapatkan manifestasi yang tidak spesifik berupa nyeri abdomen, penurunan bising usus, diare, distensi, kaku abdomen, perdarahan traktus gastrointestinal bagian atas, dan muntah.[5-7]
Genitourinaria
Pada sistem genitourinaria bisa didapatkan manifestasi infeksi saluran kemih berupa nyeri pada daerah kostovertebral, disuria, anyang-anyangan, hematuria, pyuria, perdarahan atau discharge vagina. Selain itu, dapat pula terjadi manifestasi kegagalan ginjal berupa anuria atau oliguria.[5-7]
Hematologi
Manifestasi hematologi dapat berupa anemia (pucat), leukositosis atau leukopenia, dan trombositopenia.[5-7]
Neurologi
Manifestasi neurologis dapat berupa nyeri kepala dan perubahan status mental.[5-7]
Sistem Respirasi
Pada sistem respirasi bisa muncul disfagia, nyeri tenggorok, trismus, batuk, nyeri pleuritik, takipnea, dan hiperventilasi.[5-7]
Pemeriksaan Fisik
Pada tahap awal sepsis, terjadi fase kompensasi yang ditandai dengan tekanan darah yang stabil, ekstremitas hangat, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, dan denyut nadi kuat. Pada fase syok dengan kompensasi, apabila ditangani secara progresif dengan resusitasi cairan dan obat suportif vasoaktif, kondisi ini dapat dikembalikan (reversed).
Pada fase dekompensasi, hipotensi akan sulit ditangani, pasien akan menunjukkan tanda klinis seperti ekstremitas dingin, pengisian kapiler memanjang (>3 detik), dan denyut yang tidak teraba. Hipoperfusi memanjang pada kondisi syok yang irreversible dapat berprogresi ke arah disfungsi multiorgan dan kematian.[5]
Saluran Pernapasan
Di paru-paru terjadi disrupsi antara barrier endotel-alveolar. Terjadi akumulasi cairan kaya protein di ruang interstisial paru dan alveoli. Hal ini menyebabkan mismatch perfusi-ventilasi, hipoksia, dan penurunan compliance paru yang menyebabkan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pasien juga bisa mengalami disfagia, trismus, takipnea, dan hiperventilasi.[5-7]
Ginjal
Adanya penurunan perfusi renal, tubular nekrosis akut, dan gangguan mikrovaskular menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut.[5-7]
Saluran Pencernaan dan Endokrin
Pada saluran pencernaan, terjadi peningkatan permeabilitas lapisan mukosa. Hal ini menyebabkan translokasi bakteri melewati lapisan saluran cerna.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan nyeri tekan abdomen, penurunan bising usus, dan distensi abdomen.[5-7]
Sistem Saraf
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan perubahan status mental, dan tanda ensefalopati septik seperti penurunan kesadaran (GCS) dari delirium hingga koma.[5-7]
Sistem Dermatologi
Pada sistem dermatologi, bisa didapatkan tanda-tanda infeksi berupa abses dan selulitis, atau gangguan koagulasi berupa ekimosis atau petekie. Apabila terjadi gangguan fungsi hati, maka akan didapatkan ikterik.[5-7]
Sistem Kardiovaskular
Tanda klinis pada sistem kardiovaskular dapat berupa akral dingin, hipotensi, waktu pengisian kapiler memanjang, dan takikardia.[5-7]
Genitourinaria
Pada sistem genitourinaria bisa didapatkan manifestasi infeksi saluran kemih, misalnya nyeri ketok sudut kostovertebra, disuria, hematuria, pyuria, anuria atau oliguria.[5,7]
Syok Sepsis
Syok sepsis terjadi akibat adanya mediator inflamasi yang yang dilepaskan oleh tubuh yang menyebabkan reaksi inflamasi hebat di seluruh tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya dekompensasi hemodinamik. Tanda klinis yang muncul yaitu hipotensi berat, kegagalan organ multipel, hingga disseminated intravascular coagulation (DIC).[12-14]
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding sepsis yang perlu dipertimbangkan oleh klinisi adalah infark miokard, pankreatitis akut, emboli paru, dan krisis adrenal.
Infark Miokard
Gejala dari infark miokard dapat berupa nyeri dada yang menjalar ke daerah epigastrium. Pasien dapat mengalami hipotensi dan syok kardiogenik. Namun pada pemeriksaan elektrokardiogram didapatkan ada perubahan iskemik dan hasil laboratorium menunjukkan peningkatan enzim jantung.[15,16]
Pankreatitis Akut
Pada pankreatitis akut dapat terjadi nyeri abdomen, demam, dan hipovolemia. Biasanya terdapat riwayat kolelitiasis, konsumsi alkohol kronis, atau infeksi virus. Terdapat peningkatan serum amilase, lipase, dan kalsium.[15,17]
Emboli Paru Masif
Emboli paru terjadi akibat adanya trombus yang tertahan di arteri paru dan menghambat aliran darah ke paru-paru. Kondisi ini ditandai dengan adanya dispnea akut dan hipotensi. Gejala dapat berupa demam, penurunan status mental, sinkop, dan nyeri dada pleuritis. Emboli pulmonal dapat dibedakan dengan sepsis ditandai dengan adanya riwayat kejadian tromboemboli sebelumnya dan peningkatan D-dimer.[15,18]
Krisis Adrenal
Krisis adrenal merupakan kondisi fatal yang disebabkan oleh kurangnya produksi hormon kortisol oleh kelenjar adrenal. Gejala yang dialami mirip syok sepsis, seperti hipotensi dan kelemahan. Kondisi ini dapat dibedakan dengan syok sepsis dari riwayat penyakit dan tidak adanya tanda infeksi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan nilai hormon kortisol yang rendah.[5,20]
Pemeriksaan Penunjang
Berbagai pemeriksaan penunjang dibutuhkan dalam mendiagnosis sepsis, tujuannya untuk melihat penanda inflamasi dan mencari sumber infeksi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium darah ataupun pengambilan sampel untuk kultur melalui darah, urine, trakea, atau luka.[5,15,19]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap sebetulnya tidak begitu spesifik untuk diagnosis sepsis. Meski demikian, pada pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan tanda infeksi, seperti:
- Leukositosis >12.000/mm3 atau leukopenia <4000/mm3
- Hitung jenis sel darah putih dengan >10% bentuk imatur
- Peningkatan C-reactive protein(CRP) plasma
- Peningkatan prokalsitonin lebih dari 2 standar deviasi di atas normal.
Trombositopenia <100.000/mm3
- Anemia yang ditandai penurunan hemoglobin (Hb)[5,15]
Pemeriksaan Kimia Darah
Sama seperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kimia darah juga sebetulnya tidak spesifik dalam mendiagnosis sepsis. Meski demikian, pemeriksaan panel kimia, seperti fungsi liver dan analisis gas darah, dapat bermanfaat memberikan informasi penting mengenai derajat keparahan sepsis. Pemeriksaan kimia darah dapat mengidentifikasi adanya gangguan atau disfungsi organ.
Hasil pemeriksaan kimia darah yang bisa ada pada pasien sepsis antara lain:
- Resistensi insulin menyebabkan hiperglikemia
- Gangguan fungsi hepar ditandai dengan peningkatan enzim hepar dan kadar bilirubin
- Koagulopati
- Asidosis laktat
Analisis gas darah diperlukan terutama pada pasien dengan sepsis akibat infeksi pada saluran pernapasan. Adanya hiperlaktatemia dapat mengindikasikan adanya hipoperfusi jaringan. Pasien dengan hiperlaktatemia memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi.[5,15]
Pemeriksaan Mikroskopik atau Kultur Bakteri
Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram dan kultur bakteri diperlukan pada sepsis untuk mengidentifikasi patogen penyebab. Sampel bisa diambil dari darah, urine, maupun sekret organ (misalnya saluran napas atau urogenital).[5,15]
Pemeriksaan Urine
Pada pasien dengan kecurigaan urosepsis, dapat dilakukan pemeriksaan urinalisis, pewarnaan Gram urine, dan kultur urine. Penilaian urin output dilakukan bersamaan dengan penilaian saturasi yang secara ideal dilakukan dengan pemasangan vena sentral.[5,15]
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen toraks diperlukan pada pasien dengan kecurigaan sepsis akibat pneumonia atau ARDS. Pemeriksaan rontgen ekstremitas dilakukan untuk menilai adanya udara dalam jaringan pada pasien dengan necrotizing fasciitis. Pemeriksaan rontgen abdominal dengan posisi supinasi atau lateral dekubitus juga diperlukan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi abdomen.[5,15]
Ultrasonografi (USG)
USG abdomen diperlukan apabila pasien dicurigai mengalami infeksi pada traktus biliaris, infeksi pada saluran dan kelenjar empedu, atau infeksi pada abdomen.(5,15)
CT Scan
CT Scan abdomen diperlukan untuk menyingkirkan adanya abses abdominal, perforasi usus, iskemia, atau infeksi pada retroperitoneal. CT Scan kepala diperlukan apabila pasien mengalami perubahan status mental atau dicurigai mengalami infeksi intrakranial.[5,15]
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal diindikasikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi saraf, seperti ensefalitis dan meningitis.[5,15]
Skor SOFA dan qSOFA
Pedoman Surviving Sepsis Campaign 2021, tidak merekomendasikan penggunaan skor qSOFA (quick SOFA) secara tunggal untuk penapisan diagnosis sepsis karena sensitivitas diagnostik yang buruk.[4,11]
Tabel 1. Skor qSOFA
Kriteria qSOFA | Poin |
Laju pernapasan ≥ 22 kali/menit | 1 |
Perubahan status mental atau kesadaran | 1 |
Tekanan darah sistolik ≤ 100 mmHg | 1 |
Sumber: dr. Pepi Nurapipah, Alomedika, 2022.[11]
Sementara itu, skor SOFA mungkin bermanfaat dalam menentukan prognosis pasien. Skor SOFA inisial < 9 memprediksi mortalitas <33%, sedangkan skor SOFA >11 memprediksi mortalitas hingga 95%.[10,11]
Tabel 2. Skor SOFA
Sistem Organ | Skor | ||||
0 | 1 | 2 | 3 | 4 | |
Respirasi: PO2 /FiO2, mmHg (kPa) | ≥400 (53,3) | <400 (53,3) | <300 (40) | <200 (26,7) Dengan bantuan respirasi | <100 (13,3) Dengan bantuan respirasi |
Koagulasi: Platelet, x103/mm3 | ≥150 | <150 | <100 | <50 | <20 |
Hepar: Bilirubin, mg/dL | <1,2 | <1,2 – 1,9 | 2,0 – 5,9 | 6,0 – 11,9 | >12,0 |
Kardiovaskular | Mean arterial pressure ≥ 70 mmHg | Mean arterial pressure < 70 mmHg | Dopamin < 5 atau Dobutamin (dosis berapapun) | Dopamin 5,1 – 15 stau Epinefrin ≤0,1 atau Norepinefrin ≤0,1 µg/kg/menit | Dopamin > 15 atau Epinefrin > 0,1 atau Norepinefin > 0,1 µg/ kg/menit |
Sistem saraf pusat: Glasgow Coma Scale (GCS) | 15 | 13 – 14 | 10 - 12 | 6 - 9 | <6 |
Renal: Kreatinin, mg/dL | <1,2 | 1,2 – 1,9 | 2,0 – 5,9 | 6,0 – 11,9 | 12 |
Sumber: dr. Pepi Nurapipah, Alomedika, 2022.[3,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha