Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Sepsis general_alomedika 2023-09-26T08:42:58+07:00 2023-09-26T08:42:58+07:00
Sepsis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Sepsis

Oleh :
dr. Pepi Nurapipah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan sepsis dilakukan dengan mengamankan jalan napas jika diindikasikan, mengoreksi hipoksemia, menetapkan akses vena untuk pemberian cairan segera, serta pemberian antibiotik.[4,5]

Manajemen Awal

Tujuan awal pengobatan adalah untuk mempertahankan jalan napas dan memberikan resusitasi cairan yang adekuat. Pada pasien dengan gangguan hemodinamik atau pernapasan, patensi jalan napas dan bantuan pernapasan seperti pemberian oksigen supplemental merupakan prioritas utama.[4,15]

Manajemen Ventilasi

Oksigen tambahan harus diberikan kepada semua pasien dengan sepsis yang memiliki indikasi oksigenasi, kemudian dilakukan pemantauan kontinyu. Belum ada konsensus terkait nilai target ideal untuk saturasi perifer, namun umumnya ditargetkan antara 90 dan 96%. Pada beberapa pasien, mungkin diperlukan intubasi dan ventilasi mekanis untuk mendukung peningkatan kerja pernapasan atau untuk patensi jalan napas terkait penurunan tingkat kesadaran.

Pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS), strategi pemberian oksigenasi yang disarankan adalah dengan volume tidal rendah (6 ml/kg). Selain itu, disarankan juga untuk melakukan prone ventilation lebih dari 12 jam sehari.[4]

Manajemen Hemodinamik

Akses vena harus dipasang secepat mungkin pada pasien dengan dugaan sepsis. Jika pasien direncanakan akan dipasang akses vena sentral, pemasangan tersebut tidak boleh menunda pemberian resusitasi cairan dan antibiotik.

Kateter vena sentral dapat digunakan untuk memasukkan cairan intravena, obat-obatan seperti vasopresor, dan produk darah. Akses vena juga dapat dimanfaatkan untuk mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium. Akses sentral juga dapat digunakan untuk memantau respon terapeutik dengan mengukur tekanan vena sentral  dan saturasi oksihemoglobin vena sentral (ScvO2).

Jenis cairan yang dipilih adalah kristaloid dengan dosis 30 ml/kg. Solusio balans lebih dipilih dibandingkan cairan normal salin. Cairan harus diberikan dalam 1 jam setelah pasien datang dan sudah habis dalam 3 jam.

Pada pasien yang sudah menerima volume besar kristaloid, dapat diberikan albumin. Koloid dengan gelatin atau starch tidak disarankan untuk digunakan dalam resusitasi.[4]

Terapi Vasopresor

Bantuan vasopressor direkomendasikan apabila resusitasi cairan gagal untuk mengembalikan perfusi organ. Pada pasien syok sepsis dengan penggunaan vasopressor, target MAP yang harus dicapai menurut rekomendasi yaitu >65 mmHg.

Vasopresor yang direkomendasikan adalah norepinefrin sebagai lini pertama. Alternatif lain adalah dopamin, vasopresin, epinefrin, selepressin, dan angiotensin II. Dosis norepinefrin yang digunakan yaitu 0,05 hingga 3 µg/kg/menit. Dosis dopamin yang digunakan yaitu 2 hingga 20 µg/kg/menit.

Jika pasien mengalami syok sepsis dan disfungsi jantung dengan hipoperfusi persisten meskipun telah diberikan cairan dan tekanan darah arteri memadai, obat inotropik dobutamin dapat ditambahkan pada norepinefrin. Penggunaan levosimendan tidak dianjurkan.[4,15]

Terapi Antibiotik

Pada pasien dengan kemungkinan sepsis disertai syok, penilaian mengenai kemungkinan ke arah infeksi atau non infeksi harus dilakukan dengan cepat. Apabila kemungkinan besar dicurigai ke arah infeksi, pemberian antibiotik harus dilakukan dengan segera dalam 1 jam setelah diagnosis awal.

Apabila pasien memiliki risiko infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), antibiotik empiris yang direkomendasikan adalah antibiotik dengan cakupan terhadap MRSA. Tetapi bila risiko infeksi MRSA dianggap kecil, maka antibiotik tidak perlu memiliki cakupan terhadap MRSA.

Pengukuran prokalsitonin dapat dilakukan untuk memperpendek durasi pemberian antibiotik. Pengukuran prokalsitonin dapat dilakukan di hari ke-3, 5, dan 7 pemberian antibiotik. Prokalsitonin tidak terdeteksi pada kondisi sehat, tetapi meningkat secara cepat sebagai respon stimulus inflamasi, terutama infeksi bakteri.[4]

Tabel 1. Contoh Pilihan Antibiotik Empiris untuk Sepsis

Sumber Infeksi Penyebab Sepsis Rekomendasi antibiotik Contoh Antibiotik
Respirasi Pneumonia komuniti

B-Lactam

 

Ceftriaxone, cefotaxime, ampicillin/sulbactam
Kombinasi dengan: Azythromycin
Floroquinolon Levofloxacin, moxifloxacin
Pneumonia nosokomial Antipseudomonal β-lactam Piperacillin/tazobactam, cefepime, meropenem, imipenem, doripenem
Kombinasi dengan: Aminoglikosida gentamicin, tobramycin, amikacin
Antipseudomonal Floroquinolon Levofloxacin, ciprofloxacin
Intraabdomen atau intrapelvik Antibiotik monoterapi Ampicillin/sulbactam, meropenem, imipenem, piperacillin/tazobactam
Terapi Kombinasi Clindamycin atau Metronidazole, disertai dengan aztreonam, levofloxacin, atau aminoglikosida
Sepsis dari catheter-related bloodstream infection (CRBSI) Vancomycin atau daptomycin

PLUS

Antipseudomonal β-lactam

Piperacillin/tazobactam, cefepime, meropenem, imipenem, doripenem

PLUS

Aminoglikosida

Gentamicin, tobramycin, amikacin
Disertai risiko infeksi jamur

PLUS

Fluconazole atau echinocandin

Caspofungin, micafungin, anidulafungin
Sumber infeksi tidak diketahui Monoterapi: Meropenem, imipenem, piperacillin/tazobactam
Terapi Kombinasi: Metronidazole + Aztreonam atau cefepime

Sumber: dr. Pepi Nurapipah, Alomedika, 2022.[4,21]

Manajemen Lanjutan

Terdapat beberapa manajemen pada pasien sepsis untuk membantu memperbaiki gejala klinis dan meningkatkan angka kesembuhan.

Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid pada sepsis masih menuai kontroversi. Pada pedoman Surviving Sepsis Campaign 2021, kortikosteroid disarankan diberikan pada pasien syok sepsis dengan kebutuhan berkelanjutan terhadap terapi vasopresor. Kortikosteroid yang digunakan adalah hydrocortisone intravena dengan dosis 200 mg/hari, yang diberikan secara intravena 50 mg setiap 6 jam atau sebagai infus kontinu.[4]

Profilaksis Deep Vein Thrombosis (DVT)

Pasien kondisi kritis memiliki risiko tinggi mengalami deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru. Pada pasien dewasa dengan sepsis atau syok sepsis, direkomendasikan penggunaan profilaksis DVT apabila tidak terdapat kontraindikasi. Penggunaan low molecular weight heparin (LMWH) lebih direkomendasikan dibandingkan penggunaan unfractionated heparin (UFH).[4]

Kontrol Gula Darah

Insulin intravena diberikan apabila pasien mengalami hiperglikemia reaktif. Pada pasien dewasa dengan sepsis dan syok sepsis, apabila gula darah sewaktu ≥ 180mg/dL, diberikan insulin dengan target gula darah 144-188 mg/dL.[4,20]

Nutrisi

Pemberian nutrisi secara enteral (per oral) lebih disarankan dibandingkan puasa atau pemberian glukosa secara intravena pada pasien sepsis atau syok sepsis yang bisa makan. Apabila kalori yang diberikan dalam jumlah rendah, maka pemberian makan harus lebih sering. Pada pasien yang terpasang selang nasogastrik (NGT), pemantauan residu gaster secara rutin harus dilakukan.[4,21]

Kontrol Sumber Infeksi

Kontrol sumber infeksi merupakan tindakan fisik untuk mengatasi fokus infeksi dan menghilangkan atau mengobati proliferasi dan infeksi mikroba. Kontrol sumber infeksi penting dilakukan karena fokus infeksi yang tidak terdrainase bisa tidak berespon terhadap terapi antibiotik.

Contoh tindakan kontrol infeksi adalah melepaskan perangkat akses vaskular yang berpotensi terinfeksi segera setelah mendapat akses vaskular lainnya. Contoh lain adalah melepas implan yang terinfeksi, drainase abses, nefrostomi perkutan, debridemen, dan kolesistostomi.

Kontrol sumber infeksi sebaiknya dilakukan dalam 6 hingga 12 jam setelah diagnosis. Selain itu, keputusan tentang jenis dan waktu kontrol sumber infeksi perlu mempertimbangkan potensi risiko dari intervensi yang akan dilakukan, potensi komplikasi, dan kemungkinan keberhasilan.[4]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha

Referensi

4. Evan L, Rhodes A, Alhazzani W, Antonelli M, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock 2021. Critical Care Medicine. 2021. https://journals.lww.com/ccmjournal/fulltext/2021/11000/surviving_sepsis_campaign__international.21.aspx
5. Mahapatra S, Heffner AC. Septic Shock. StatPearls Publishing. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430939/
15. Kalil A. Septic Shock Differential Diagnoses. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/168402-differential
21. Dhani R. Update Management of Sepsis. PAPDI, 2022. https://www.papdi.or.id/pdfs/755/dr%20Dhani%20Redono%20-%20Management%20Sepsis%206.pdf

Diagnosis Sepsis
Prognosis Sepsis

Artikel Terkait

  • Tes Prediktor Sepsis Terbaru
    Tes Prediktor Sepsis Terbaru
  • Pedoman Sepsis dan Syok Sepsis pada Anak Terbaru
    Pedoman Sepsis dan Syok Sepsis pada Anak Terbaru
  • Melakukan De-eskalasi Antibiotik di Rumah Sakit
    Melakukan De-eskalasi Antibiotik di Rumah Sakit
  • Pedoman Manajemen Sepsis Intraabdominal dalam Perspektif Indonesia
    Pedoman Manajemen Sepsis Intraabdominal dalam Perspektif Indonesia
  • Prokalsitonin Vs C-Reactive Protein Sebagai Penanda Sepsis Di ICU
    Prokalsitonin Vs C-Reactive Protein Sebagai Penanda Sepsis Di ICU

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Felicia
Dibalas 08 Mei 2023, 09:36
Pemberian Vitamin C Intravena pada Dewasa dengan Sepsis di ICU – Telaah Jurnal Alomedika - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Felicia
1 Balasan
ALO Dokter!Vitamin C intravena sudah lama digunakan pada pasien dewasa dengan sepsis di ICU. Akan tetapi, studi terkait hal ini masih dalam perdebatan. Hal...
dr. Nurul Falah
Dibalas 11 November 2021, 15:50
Peranan pemeriksaan CRP dan prokalsitonin untuk deteksi sepsis
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Ardi Putranto, Sp.PK, izin bertanya dokter.Bagaimana peranan pemeriksaan CRP dan prokalsitonin dalam deteksi sepsis? Yang mana yang lebih...
dr. Hendra Gunawan SpPD
Dibalas 06 Mei 2021, 12:22
Krisis tiroid dan sepsis - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: dr. Hendra Gunawan SpPD
1 Balasan
Alo Prof Pradana Sp.PD-KEMD, Izin menanyakan, seringkali pasien hipertiroid sering memiliki risiko infeksi lebih tinggi hingga sepsis dan keduanya dapat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.