Patofisiologi Sepsis
Patofisiologi sepsis terjadi sebagai respon terhadap infeksi yang memicu aktivasi sistem imun pro-inflamasi dan anti-inflamasi. Proses ini meliputi aktivasi makrofag, monosit, dan neutrofil yang berinteraksi dengan reseptor patogen.
Respon lanjutan dari reaksi inflamasi melibatkan mediator inflamasi lain seperti sitokin, protease, dan nitrit oksida. Endotelium merupakan tempat pertama terjadinya respon inflamasi, pelepasan mediator inflamasi pada proses lebih lanjut mengaktivasi koagulasi, kaskade komplemen, cedera vaskular, dan kebocoran kapiler.[5]
Innate Immunity dan Mediator Inflamasi
Langkah pertama terjadinya inisiasi host response terhadap patogen yaitu dengan aktivasi sel imun, diinisiasi oleh sitokin proinflamasi seperti makrofag, monosit, neutrofil, dan natural killer cells (NK cells). Reseptor dari sel-sel tersebut bereaksi dengan endotoksin bakteri dan B-glucans fungi. Ikatan reseptor tersebut mengakibatkan terjadinya aktivasi dan proliferasi leukosit, sistem komplemen, dan keluarnya kemokin. Pada kondisi sepsis, peningkatan aktivasi respon imun tersebut mengakibatkan kerusakan kolateral pada sel jaringan host.[2,5]
Disregulasi Hemostasis
Pada kondisi sepsis, terjadi disregulasi antara reaksi inflamasi dan jalur hemostasis, yaitu terjadinya aktivasi kaskade koagulasi. Pada kondisi ini terjadi trombositopenia ringan hingga disseminated intravascular coagulation (DIC).
Hiperkoagulabilitas terjadi akibat pelepasan tissue factor yang menyebabkan produksi trombin, aktivasi platelet, dan pembentukan fibrin clots. Kondisi ini dapat menyebabkan hipoksia jaringan dan disfungsi organ.[2,5]
Imunosupresi
Sebelum terjadinya sepsis, terjadi inisiasi fase proinflamasi yang sering diawali dengan fase imunosupresi yang memanjang. Pada fase ini, sistem imun seseorang tidak mampu merespon terhadap infeksi bakteri, jamur, atau virus.
Beberapa aspek seluler yang mengalami gangguan fungsi pada saat kondisi sepsis, yaitu adanya apoptosis limfosit, hiperaktivitas neutrofil, dan kegagalan sel endotel. Kondisi limfopenia merupakan biomarker terjadi imunosupresi pada sepsis. Pada pasien sepsis terdapat apoptosis yang signifikan pada limfosit, terutama pada limpa dan timus. Adanya apoptosis limfosit dapat menjadi penyebab terjadinya penurunan fungsi limfosit pada pasien sepsis sehingga terjadi kegagalan produksi sitokin.[2,5]
Disfungsi Tingkat Sel, Jaringan, dan Organ
Terjadinya disfungsi organ pada sepsis akibat adanya hipoperfusi disertai penurunan suplai oksigen ke organ. Kondisi ini terjadi akibat disfungsi kardiovaskular seperti penurunan ejeksi fraksi ventrikel kiri dan dilatasi dari mikrovaskular, yang diperberat dengan hilangnya barrier endotel. Efek yang terjadi yaitu peningkatan metabolisme anaerob dan peningkatan asam laktat.
Selain itu, pada pasien sepsis, terjadi kerusakan dan disfungsi pada mitokondria. Hal ini menyebabkan energi yang dihasilkan menurun. sehingga terjadi disfungsi organ secara perlahan dan viabilitas sel dalam menjalankan fungsinya menurun.[2,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha