Epidemiologi Hiperglikemia Neonatal
Data epidemiologi mengenai prevalensi hiperglikemia neonatal pada seluruh bayi baru lahir masih belum jelas. Meski begitu, pada bayi risiko tinggi seperti bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, insidensi hiperglikemia neonatal dilaporkan cukup tinggi, yakni berkisar 20-88%.[9]
Global
Insiden hiperglikemia pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah selama 14 hari pertama kehidupan berkisar antara 38-85%. Angka ini jauh lebih tinggi dari kejadian hiperglikemia pada bayi dengan berat lahir normal (<5%).
Prevalensi hiperglikemia neonatal di Eropa yang dilaporkan dalam suatu studi berkisar antara 32-86% pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah yang mendapat nutrisi parenteral atau infus dextrose intravena. Sementara itu, di Amerika Serikat prevalensi yang dilaporkan adalah 57-68% pada bayi yang juga menerima infus dextrose. Rentang prevalensi yang luas ini dipengaruhi oleh penetapan kriteria nilai normal rentang glukosa darah yang digunakan.[9,10]
Indonesia
Belum ada data angka kejadian hiperglikemia neonatal di Indonesia.
Mortalitas
Hiperglikemia transien dapat merupakan respons fisiologis terhadap stres, tapi bila berkepanjangan akan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. European Society for Paediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (ESPGHAN) merekomendasikan untuk menghindari kadar glukosa di bawah 145 mg/dl, karena berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.[11,12]
Dalam suatu studi pada neonatus yang mengobservasi hubungan status glikemik dengan kematian akibat sepsis melaporkan bahwa kematian bayi dengan hiperglikemia lebih tinggi (33,3%) dibandingkan bayi normoglikemik (7,2%), walaupun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik.[13]