Etiologi Kehamilan Ektopik
Pada umumnya, etiologi kehamilan ektopik adalah transportasi embrio abnormal dan perubahan lingkungan tuba, yang memungkinkan terjadinya implantasi abnormal. Ada beberapa faktor seperti toksin, infeksi, gangguan imunologis, dan perubahan hormonal yang dapat menyebabkan peradangan.[4]
Faktor Risiko
Secara teori, segala sesuatu yang menghambat migrasi sel telur yang telah dibuahi (blastokista) ke rongga endometrium dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor risiko yang paling umum dipelajari adalah faktor risiko kehamilan ektopik tuba. Namun, kehamilan ektopik nontubal (seperti di ovarium) juga memiliki faktor risiko serupa.[4,5]
Usia
Usia ibu telah terbukti menjadi faktor risiko kehamilan ektopik. Insidensi tertinggi terjadi pada wanita berusia >35 tahun, baik dalam kasus kehamilan spontan ataupun assisted reproductive technology. Penjelasan pasti untuk temuan ini belum diketahui tetapi usia disimpulkan dapat memengaruhi fungsi tuba, termasuk keterlambatan transportasi oosit.[4,5]
Riwayat Kehamilan Ektopik
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya merupakan faktor risiko kuat. Tingkat rekurensi dilaporkan berkisar antara 5–25% atau sekitar 10 kali lipat risiko populasi umum. Tata laksana kehamilan ektopik sebelumnya, baik dengan terapi medikamentosa maupun operasi, juga mengakibatkan perubahan patologis pada motilitas tuba, fungsi silia, dan kontraksi uterus, sehingga dapat turut menjadi faktor risiko.[4,5]
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok diduga dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik dengan cara menyebabkan disfungsi tuba, termasuk desiliasi. Tobacco dan nikotin dalam rokok bisa menyebabkan gangguan epitelisasi dan disregulasi sinyal parakrin yang dibutuhkan untuk transportasi dan perkembangan embrio secara terkoordinasi. Menurut suatu penelitian retrospektif, kemungkinan kehamilan ektopik adalah tiga kali lebih tinggi pada wanita perokok.[4-6]
Riwayat Penyakit Inflamasi Panggul
Riwayat infeksi panggul atau penyakit radang panggul dikaitkan dengan peningkatan risiko kehamilan ektopik. Chlamydia trachomatis secara khusus terlibat sebagai faktor risiko kehamilan ektopik. Infeksi secara asenden dan salpingitis yang dihasilkan bisa menyebabkan disfungsi tuba dan kelainan implantasi. Infeksi lain yang juga berpotensi mengganggu fungsi tuba adalah infeksi Neisseria gonorrhoeae, infeksi Mycoplasma, dan schistosomiasis.[4,5]
Riwayat Operasi
Riwayat operasi tuba sebelumnya (seperti reanastomosis, salpingostomi, tuboplasti, dan lisis adhesi) merupakan faktor risiko kehamilan ektopik. Riwayat operasi lain yang menyebabkan adhesi regio pelvis seperti endometriosis dan appendicitis juga mungkin mengubah anatomi tuba falopi dan menjadi faktor risiko.[4,5]
Sterilisasi dan Penggunaan Intrauterine Device (IUD)
Pada wanita yang menjalani sterilisasi dengan metode operasi, tingkat kegagalan diperkirakan mencapai 18,5 per 1.000 kasus. Wanita yang disterilisasi sebelum usia 30 tahun memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik daripada mereka yang disterilisasi setelah usia 30 tahun.
Tingkat kehamilan ektopik bervariasi berdasarkan teknik sterilisasi. Pada koagulasi bipolar, 65% kehamilan adalah ektopik. Sementara itu, pada sterilisasi unipolar atau klip, sekitar 15% kehamilan adalah ektopik. Pada kehamilan dengan IUD, setengah kasus terjadi pada penggunaan IUD hormonal dengan kandungan levonorgestrel.[4,5]
Assisted Reproductive Technology
Assisted reproductive technology merupakan faktor risiko kehamilan ektopik. Sekitar 2–5% kehamilan dari metode ini ditemukan ektopik. Tiga faktor risiko utama adalah jenis prosedur yang digunakan, karakteristik kesehatan reproduksi wanita, dan perkiraan potensi implantasi embrio. Riwayat infertilitas, bahkan tanpa adanya penyakit tuba yang diketahui, dikaitkan pula dengan kehamilan ektopik.[4,5,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani