Patofisiologi Osteoporosis
Pada prinsipnya, patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan ketidakseimbangan resorpsi dan remodeling tulang yang menyebabkan penurunan massa tulang. Pada kebanyakan individu, massa tulang mencapai puncaknya pada dekade ketiga, kemudian setelah itu resorpsi tulang akan melebihi pembentukan tulang. Kegagalan untuk mencapai puncak massa tulang yang normal atau percepatan pengeroposan tulang dapat menyebabkan osteoporosis.[1]
Osteoimunologi
Osteoklast yang berperan untuk resorpsi tulang dapat dianggap sebagai prototipe sel osteoimun. Osteoklast memiliki sel prekursor yang sama dengan monosit, makrofag, dan sel dendritik. Penelitian terbaru menunjukan ternyata lebih banyak molekul yang terlibat untuk sistem imun dan tulang seperti faktor transkripsi, faktor pensinyalan, sitokin, dan kemokin.[2,3]
Pada osteoporosis, sel-T dianggap sebagai sitokin proinflamasi utama. Selain itu, terdapat hubungan penting antara hilangnya estrogen, peradangan yang bergantung pada sel-T, dan osteoporosis.[3,4]
Molekular
Beberapa jalur regulasi pada osteoblast terlibat dalam osteoporosis antara lain jalur sinyal reseptor glukokortikoid, jalur sinyal asam retinoat (RAR), jalur sinyal reseptor estrogen, jalur sinyal reseptor teraktivasi proliferator peroksisom (PPAR), jalur sinyal reseptor vitamin D, jalur pensinyalan Ca2+, koaktivator reseptor nuklir (NCOA), dan jalur pensinyalan asam lemak omega 3.
Peran Glukokortikoid
Glukokortikoid adalah kelas hormon steroid yang mengikat reseptor glukokortikoid yang menghambat proliferasi dan diferensiasi osteoblast. Selain itu, glukokortikoid juga mengatur saluran ion.
Peran Asam Retinoat
Asam retinoat bekerja dengan mengikat reseptor asam retinoat (RARs) yang merupakan anggota dari superfamili reseptor nuklir. Asam retinoat sangat penting untuk regulasi fisiologis berbagai proses biologis termasuk pengembangan, diferensiasi, proliferasi, dan apoptosis tulang.
Peran Estrogen
Estrogen diperlukan untuk pertumbuhan tulang, pengembangan dan pemeliharaan kesehatan tulang. Respon seluler osteoblast dan osteoklast terhadap estrogen dimulai melalui dua reseptor Erα dan Erβ afinitas tinggi.
Peran Reseptor Nuklir PPAR
PPAR adalah kelompok reseptor nuklir yang dapat membentuk kompleks heterodimerik dan terlibat dalam proses metabolisme dan inflamasi yang penting dalam kontrol proliferasi sel, osteoklasa, dan osteoblas.[1,3,5]
Stres Oksidatif
Molekul oksigen sangat mudah bereaksi dengan sebagian radikal dan berubah menjadi radikal bebas dan berlanjut menyebabkan oksidasi selektif lemak, protein, dan molekul DNA. Walaupun sebagian sel membentuk mekanisme proteksi terhadap proses oksidasi ini, namun ketidaksempurnaan mekanisme proteksi tetap menyebabkan kerusakan molekul yang berujung pada timbulnya penyakit dan penuaan. Salah satu mekanisme proteksi adalah meningkatnya jumlah tumor necrosis factor alpha (TNF-α) di sumsum tulang dan menyebabkan keroposnya tulang.[3]
Genetik
Studi penyakit monogenik membuktikan keterlibatan gen pada proses fisiologi tulang yang menyebabkan osteogenesis tidak sempurna dan berkaitan dengan osteoporosis. Beberapa gen yang dianggap terlibat antara lain: COL1A1, COL1A2, BMP1, PLS3, SERPINH1, SEC24D, TCIRG1, CTSK, NOTCH2, LRP5, SOST, BL1, AXIN1, CLCN7, CREB3L1, CTNNB1, DMP1, EN1, FKBP11, FOXC2, SOX4.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma