Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Osteoporosis general_alomedika 2022-09-14T15:49:32+07:00 2022-09-14T15:49:32+07:00
Osteoporosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Osteoporosis

Oleh :
dr.Putra Rizki Sp.KO
Share To Social Media:

Penatalaksanaan osteoporosis dapat diklasifikasikan menjadi obat hormonal dan nonhormonal. Pemberian bifosfonat seperti alendronate, risedronate, zoledronic acid, ibandronate, atau raloxifene merupakan yang paling sering digunakan. Selain farmakoterapi, pasien juga memerlukan perubahan gaya hidup dan intervensi pencegahan fraktur.

Perubahan Gaya Hidup

Konseling untuk menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol sangat dibutuhkan karena kalau kebiasaan ini tetap berlanjut akan memperburuk kondisi osteoporosis.  Selain itu, aktivitas fisik yang bersifat weight-bearing dan melatih keseimbangan juga perlu ditingkatkan. Olahraga aerobik seperti treadmill atau jogging dalam 24 minggu terbukti mampu meningkatkan densitas mineral tulang di colum femur dan L2-L4 tulang belakang pada wanita pascamenopause. Latihan seperti melompat yang digabung dengan latihan beban sebanyak 3 kali seminggu selama 32 minggu juga terbukti meningkatkan densitas mineral tulang.[6,7,10]

Konsumsi kalsium dan vitamin D yang adekuat juga sangat penting. Institute of Medicine (IOM) telah mengeluarkan rekomendasi untuk asupan harian kalsium dan vitamin D pada orang dewasa tua. Untuk wanita usia lebih dari 50 tahun, IOM merekomendasikan 1200 mg/hari kalsium. IOM merekomendasikan 1000 mg/hari kalsium untuk pria berusia 51-70 tahun dan 1200 mg/hari untuk pria di atas 70 tahun. Batas maksimal asupan kalsium yang direkomendasikan untuk pria dan wanita adalah 2000 mg/hari. Kebutuhan minimum vitamin D harian pada pasien osteoporosis adalah 800 IU kolekalsiferol.[10,19]

Prinsip Terapi Medikamentosa

Terapi farmakologi perlu diberikan pada wanita dengan osteoporosis yang diketahui berisiko tinggi mengalami patah tulang panggul dan tulang belakang. Obat yang dapat digunakan antara lain alendronate, risedronate, zoledronic acid, atau denosumab. Disisi lain, penggunaan estrogen atau estrogen plus progestogen atau raloxifene tidak disarankan untuk pengobatan osteoporosis pada wanita menopause.

Pada wanita dengan osteoporosis, pengobatan farmakologis sebaiknya diberikan selama 5 tahun. Pemantauan bone mineral density (BMD) selama 5 tahun terapi tidak disarankan karena dilaporkan tidak mempengaruhi risiko fraktur.

Pada wanita berusia 65 tahun ke atas yang mengalami osteopenia dan berisiko tinggi fraktur, keputusan terapi harus mempertimbangkan preferensi pasien, profil risiko fraktur, manfaat, bahaya, dan harga obat.

Pada pria dengan osteoporosis, terapi bifosfonat dapat diberikan untuk mengurangi risiko fraktur tulang belakang.[1,5,19]

Terapi Nonhormonal

Terapi nonhormonal meliputi bisfosfonat, denosumab, fluoride, suplementasi vitamin D, dan kalsium.

Bifosfonat

Bifosfonat merupakan analog pirofosfat yang bekerja menghambat resorpsi tulang. Bifosfonat menghambat aktivitas osteoklast. Dosis bifosfonat tersaji dalam Tabel 1.[19]

Tabel 1. Dosis Bifosfonat

Bifosfonat Profilaksis Terapi
Alendronate 5 mg PO sekali per hari atau 35 mg PO sekali per minggu 10 mg PO sekali per hari atau 70 mg PO sekali per minggu
Risedronate (IR) 5 mg PO sekali per hari atau 35 mg PO sekali per minggu 5 mg PO sekali per hari atau 35 mg PO sekali per minggu atau 150 mg PO sekali per bulan
Zoledronic acid 5 mg IV tiap 2 tahun 5 mg IV tiap 1 tahun
Ibandronate 2,5 mg PO sekali per hari atau 150 mg PO sekali per bulan 2,5 mg PO sekali per hari atau 150 mg PO sekali per bulan atau 3 mg IV tiap 3 bulan

Keterangan:

  • PO: per oral
  • IV: intravena

Sumber: dr. Putra Rizki, Alomedika, 2022.[19]

Denosumab

Denosumab merupakan antibodi RANKL (Receptor activator of nuclear factor kappa-Β ligand) yang bekerja menghambat interaksi RANKL sehingga menghambat aktivitas osteoklast. Denosumab tersedia dalam bentuk sediaan injeksi 120 mg dalam 1,7 mL (70 mg/mL) dengan dosis injeksi 120 mg sekali per 4 minggu subkutan pada paha, abdomen atau lengan atas. Terapi denosumab harus disertai suplementasi kalsium minimal 500 mg dan vitamin D 400 IU. Penggunaan denosumab hanya untuk dewasa, karena keamanan dan efektivitas pada anak belum diketahui secara pasti.

Fluoride

Fluoride menstimulasi pembentukan tulang, pembentukan kristal fluorapatite, dan peningkatan densitas mineral. Kristal fluorapatite resistan terhadap resorpsi osteoklas. Selain itu, juga ditemukan efek retensi kalsium dan hiperparatiroid sekunder.

Suplementasi Vitamin D dan Kalsium

Rekomendasi yang ada menyarankan suplementasi vitamin D dan kalsium secara rutin untuk mencegah risiko terjadinya fraktur. Lansia di atas 65 tahun sebaiknya diberikan suplementasi vitamin D minimal 1000 IU/hari dan kalsium 1000-1200 mg/hari.

Strontium

Strontium ranelate menjadi salah satu terapi pilihan osteoporosis pascamenopause untuk menurunkan risiko fraktur panggul dan vertebrae serta osteoporosis pada pria. Strontium ranelate meningkatkan osteogenesis dan menurunkan resorpsi tulang.  Penggunaan strontium hanya pada dewasa. Dosis yang disarankan yakni 2 g/hari. Meski demikian, obat ini memiliki risiko kardiovasular, termasuk peningkatan kejadian penyakit jantung iskemik dan tromboemboli vena

Terapi Nonhormonal yang Tersedia di Indonesia

Di Indonesia, terapi nonhormonal yang tersedia adalah natrium alendronate, ibandronate, asam ibandronat, strontium ranelate, kalsitriol, denosumab, dan fluoride.[1,5,7,8,19]

Terapi Hormonal

Terapi hormonal meliputi modulator reseptor estrogen selektif, testosteron, kalsitonin, dan analog hormon paratiroid.

Modulator Reseptor Estrogen Selektif

Raloxifene  merupakan Selective Estrogen Receptor Modulators (SERM) yang memiliki efek agonis estrogen dalam menjaga kepadatan tulang dengan menghambat resorpsi tulang. Raloxifene memiliki efek selektif antagonis terhadap jaringan payudara sehingga dapat dipertimbangkan untuk pasien osteoporosis yang juga berisiko menderita kanker payudara.

American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) merekomendasikan obat ini untuk pasien dengan risiko fraktur tulang belakang. Dosis raloxifene untuk terapi maupun pencegahan osteoporosis adalah 60 mg per oral per hari.[5,19]

Analog Hormon Paratiroid

Analog hormon paratiroid rekombinan yaitu teripatide, mampu menstimulasi aktivitas osteoblast sebagaimana aksi parathormon. Pada wanita pascamenopause, penderita osteoporosis yang tidak dapat diberikan terapi oral  dengan riwayat fraktur patologis atau berisiko tinggi mengalami fraktur dapat diberikan teriparatide. Pemberian teriparatide adalah 20 mcg sekali sehari.[5,19]

Kalsitonin

Studi menunjukkan kalsitonin dapat meningkatkan kadar total kalsium tubuh. Uji klinis menunjukkan bahwa pemberian kalsitonin 200 IU per hari menurunkan insidensi fraktur vertebra baru pada wanita post menopause penderita osteoporosis. Pemberian kalsitonin selama 4 minggu direkomendasikan untuk pasien fraktur kompresi spinal osteoporotik cedera akut (hingga hari kelima setelah gejala) tanpa defisit neurologis.[8,19]

Testosteron

Terapi testosteron direkomendasikan untuk terapi osteoporosis pada pria, dikombinasikan dengan terapi pencegahan fraktur lainnya. Pemberian disarankan untuk pria dengan kadar testosteron <200 ng/dL dengan risiko fraktur tinggi tetapi memiliki kontraindikasi pemberian terapi osteoporosis lainnya.[1,19]

Terapi Hormonal yang Tersedia di Indonesia

Di Indonesia, terapi hormonal untuk osteoporosis yang tersedia adalah raloxifene, teripatide, kalsitonin, kombinasi estrogen-progestin, dan testosteron.[1,19]

Pencegahan Osteoporosis pada Pasien yang Mengonsumsi Glukokortikoid Jangka Panjang

Guideline American College of Rheumatology tahun 2017 menyarankan pencegahan osteoporosis pada pemberian glukokortikoid jangka panjang berupa pemberian suplementasi kalsium 1000-1200 mg/hari dan vitamin D 600-800 IU/hari serta modifikasi gaya hidup.[1,5,10,19]

Pencegahan Jatuh

Risiko jatuh meningkat pada lansia dan akan meningkatkan risiko fraktur pada pasien osteoporosis. Sarankan pasien untuk mengenakan sepatu hak rendah dengan sol karet agar memiliki pijakan (traksi) yang lebih kokoh. Minta untuk menggunakan pegangan tangan saat naik dan turun tangga atau eskalator. Apabila trotoar terlihat licin, maka pasien sebaiknya berjalan di rerumputan. Sarankan agar pasien menggunakan tas bahu atau tas ransel agar tangan bebas dan dapat berpegangan saat tergelincir. Jika perlu, minta pasien menggunakan alat bantu jalan atau tongkat.

Di rumah, beberapa modifikasi perlu dilakukan, misalnya memastikan lantai bebas dari kabel yang dapat menyebabkan pasien tersandung. Minta pasien untuk menempatkan barang yang sering digunakan di tempat yang mudah diraih. Di kamar mandi, pasang pegangan untuk memudahkan duduk dan berdiri dari toilet. Jaga pula penerangan di rumah dan sekitar tangga.[1,5,10,19]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma

Referensi

1. Föger-Samwald U, Dovjak P, Azizi-Semrad U, Kerschan-Schindl K, Pietschmann P. Osteoporosis: Pathophysiology and therapeutic options. EXCLI J. 2020;19:1017–37.
5. Noh J-Y, Yang Y, Jung H. Molecular Mechanisms and Emerging Therapeutics for Osteoporosis. Int J Mol Sci. 2020;21(20).
6. Akkawi I, Zmerly H. Osteoporosis: Current Concepts. Joints. 2018;6(2):122–7.
7. Sözen T, Özışık L, Başaran NÇ. An overview and management of osteoporosis. Eur J Rheumatol. 2017;4(1):46–56.
8. Compston JE, McClung MR, Leslie WD. Osteoporosis. Lancet (London, England). 2019;393(10169):364–76.
10. Porter JL, Varacallo M. Osteoporosis. StatPearls. Treasure Island (FL); 2022. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28722930/
19. Tu KN, Lie JD, Wan CKV, Cameron M, Austel AG, Nguyen JK, et al. Osteoporosis: A Review of Treatment Options. P T. 2018;43(2):92–104.

Diagnosis Osteoporosis
Prognosis Osteoporosis

Artikel Terkait

  • Suplementasi Kalsium dan Vitamin D Terbukti Tidak Menurunkan Insidensi Fraktur Pada Lansia
    Suplementasi Kalsium dan Vitamin D Terbukti Tidak Menurunkan Insidensi Fraktur Pada Lansia
  • Pencegahan dan Terapi Osteoporosis akibat Glukokortikoid
    Pencegahan dan Terapi Osteoporosis akibat Glukokortikoid
  • Teriparatide vs Risedronate untuk Osteoporosis Pencegahan Dan Terapi Osteoporosis Akibat Glukokortikoid Telaah Jurnal Alomedika
    Teriparatide vs Risedronate untuk Osteoporosis Pencegahan Dan Terapi Osteoporosis Akibat Glukokortikoid Telaah Jurnal Alomedika
  • Strategi Pencegahan Fraktur karena Osteoporosis
    Strategi Pencegahan Fraktur karena Osteoporosis
  • Suplementasi Kalsium dan Vitamin D3 untuk Mencegah Osteoporosis pada Pasien dengan Terapi Kortikosteroid Jangka Panjang
    Suplementasi Kalsium dan Vitamin D3 untuk Mencegah Osteoporosis pada Pasien dengan Terapi Kortikosteroid Jangka Panjang

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 01 Agustus 2023, 15:17
Peran FRAX dalam Prediksi Risiko Fraktur pada Pasien Osteoporosis - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Sudahkah Dokter menggunakan FRAX untuk memprediksi risiko fraktur pada pasien osteoporosis?Yuk, pelajari lebih lanjut hasil-hasil studi terkait...
Anonymous
Dibalas 22 November 2022, 16:33
Nutrisi untuk osteoarthritis dan osteoporosis - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Kurnia, M.Gizi, Sp.GK, apa saja nutrisi untuk pasien osteoarthritis dan osteoporosis?Lalu apa sebaiknya suplemen yang diberikan? Apakah...
dr. Intan Fajriani
Dibuat 28 Oktober 2022, 12:59
Live Webinar Alomedika - Bagaimanakah Peran Nutrisi pada Pasien dan Pencegahan Osteoporosis? Minggu, 30 Oktober 2022. Pukul:14.00 - 15.00
Oleh: dr. Intan Fajriani
0 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Bagaimanakah Peran Nutrisi pada Pasien dan Pencegahan Osteoporosis?"Narasumber : Dr. dr. Andri...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.