Pengawasan Klinis Haloperidol
Pengawasan klinis penggunaan haloperidol terutama diperlukan pada pasien dengan psikosis yang berhubungan dengan demensia. Pasien-pasien ini memiliki risiko mortalitas lebih tinggi akibat penggunaan haloperidol yang dikaitkan dengan gangguan kardiovaskular.
Psikosis terkait Demensia
Pengawasan klinis pemakaian haloperidol perlu dilakukan pada pasien dengan psikosis yang berhubungan dengan demensia, sebab adanya peningkatan angka mortalitas pada pasien-pasien tersebut. Penyebab mortalitas paling sering dikaitkan dengan kejadian kardiovaskular.[3]
Untuk mencegah terjadinya efek samping kardiovaskular, pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) perlu dilakukan pada seluruh pasien yang akan menerima haloperidol. Selama terapi, pemeriksaan EKG juga sebaiknya dilakukan dengan rutin untuk mencari perpanjangan QT interval dan aritmia ventrikel. Jika terjadi perpanjangan interval QT, turunkan dosis haloperidol, tetapi jika interval QT lebih dari 500 ms, hentikan pemberian haloperidol.[4,18]
Gangguan elektrolit, seperti hipokalemia dan hipomagnesemia, dapat meningkatkan risiko aritmia ventrikel dan perlu dikoreksi sebelum memulai terapi haloperidol. Oleh sebab itu, lakukan pemeriksaan elektrolit sebelum pemberian dan secara periodik.[18]
Leukopenia, Neutropenia, dan Agranulositosis
Leukopenia, neutropenia, dan agranulositosis dapat terjadi terutama pada pasien yang memiliki nilai baseline leukosit rendah dan memiliki riwayat leukopenia/ neutropenia drug-induced. Pasien yang berisiko sebaiknya dimonitor pada bulan-bulan awal terapi.[3]
Gejala Ekstrapiramidal
Pemantauan juga perlu dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya efek samping ekstrapiramidal, dengan gejala seperti, akathisia, distonia, parkinsonism, dan tardive dyskinesia. Gejala ini biasa terjadi pada dosis yang lebih tinggi dan dapat diatasi dengan penggantian terapi menjadi antipsikotik atipikal, seperti risperidone atau aripiprazole, atau dengan obat-obat antiparkinson, misalnya levodopa.[5,9,17]
Pasien Epilepsi dan Berisiko Kejang
Haloperidol meningkatkan ambang kejang sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi atau pasien dengan risiko kejang memerlukan pemantauan terkait peningkatan risiko kejang.[9,17]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra