Panduan e-Prescription Bell's Palsy
Panduan e-prescription untuk Bell’s palsy ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online. Bell’s palsy atau facial paralysis merupakan paralisis akibat lesi lower motor neuron pada nervus fasialis yang mengakibatkan kelumpuhan unilateral pada wajah yang bersifat akut. Hingga saat ini, etiologi Bell’s palsy belum diketahui secara pasti (idiopatik).
Salah satu penyebab yang paling mungkin adalah reaktivasi virus herpes simpleks atau herpes zoster yang mengakibatkan pembengkakan vaskular, inflamasi, dan edema disertai iskemia pada nervus fasialis perifer. Orang dengan diabetes, kehamilan, preeklampsia, obesitas dan hipertensi memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita Bell’s palsy.[1,2]
Tanda dan Gejala
Bell’s palsy bersifat akut, progresinya berlangsung cepat dan mencapai puncaknya dalam 48 jam sejak onset gejala. Gejala yang dapat ditimbulkan meliputi gangguan sekretomotor, motorik dan sensorik unilateral pada bagian wajah yang diinervasi oleh nervus fasialis pada sisi yang terkena, meliputi:
- Gangguan sekretomotor: produksi air mata ipsilateral yang berlebihan[1]
- Gangguan sistem motorik: hilangnya kerutan dahi ipsilateral, kelopak mata ipsilateral terkulai, sudut mulut ipsilateral terkulai, mata ipsilateral tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan dry eye atau bahkan komplikasi okular yang lebih parah[1,3]
- Gangguan sistem sensorik: kehilangan kemampuan lidah ipsilateral untuk merasakan sensasi rasa, gangguan sensasi wajah ipsilateral jika terdapat keterlibatan nervus trigeminal, nyeri di dalam atau di belakang telinga, hiperakusis ipsilateral dapat dijumpai jika otot stapedius terimbas[1,3]
Lakukan penilaian berdasarkan House-Brackmann grading system untuk menilai keparahan dan kemajuan terapi.[1]
Peringatan
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan bagi pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas terhadap kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang dapat menyebabkan kondisi Hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis suppression, Cushing’s syndrome, dan hiperglikemia.[4]
Penggunaan kortikosteroid pada anak-anak dengan Bell’s palsy diperlukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis, sebab penelitian mengenai manfaat dan dosis kortikosteroid yang efektif pada anak masih sangat terbatas serta belum memberikan hasil yang konklusif.[4,5]
Selain itu, penggunaan kortikosteroid pada anak dapat meningkatkan resiko muntah, perubahan perilaku serta gangguan tidur pada penggunaan jangka pendek dan gangguan pertumbuhan pada penggunaan jangka panjang. Sehingga pemberian kortikosteroid pada anak memerlukan pertimbangan resiko dan manfaat yang hati-hati serta diskusi yang matang dengan orang tua pasien.[4,5]
Karena memerlukan pengawasan ketat dan kehati-hatian, pemberian kortikosteroid pada pasien dengan kondisi di seperti di bawah ini juga memerlukan konsultasi lebih lanjut:
- Imunokompromais, seperti pada pasien dengan infeksi HIV
- Sepsis
- Hipertensi
- Perforasi gastrointestinal
- Gangguan perilaku dan mood
- Penurunan densitas tulang (misalnya osteoporosis)
- Kelainan atau penyakit pada mata
- Diabetes
- Gangguan hati dan ginjal[3,4]
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan untuk mengeksklusi kondisi lain yang lebih serius seperti stroke (lesi upper motor neuron), tumor otak, Ramsay Hunt syndrome, dan sebagainya. Jika terdapat gejala seperti diplopia, disfagia, pusing atau masih adanya kerutan dahi ipsilateral, patut dicurigai berkaitan dengan kondisi yang lain, karena gejala tersebut bukan merupakan gejala khas pada Bell’s palsy.[1,6]
Pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan jika dicurigai mengalami kondisi yang lebih serius seperti yang telah disebutkan di atas, tidak mengalami tanda-tanda perbaikan setelah terapi medikamentosa, atau mengalami komplikasi seperti kondisi kornea kering yang dapat mengakibatkan kebutaan, kerusakan permanen nervus fasialis dan pertumbuhan abnormal dari serabut saraf.[2,3]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa Bell’s palsy pada pasien dewasa. Jika menemukan gejala ini pada populasi anak, segera rujuk ke dokter Spesialis Anak. Untuk pasien dengan gejala Bells Palsy berat, (House-Brackmann Grading IV-VI) kombinasi kortikosteroid dengan antiviral dapat diberikan.[1,4,5]
Dosis Kortikosteroid
Meskipun sebagian besar (71%) pasien dapat pulih dan kembali normal dengan sendirinya tanpa tatalaksana apapun, terapi medikamentosa dapat diberikan dengan tujuan mempercepat proses pemulihan dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang.[1,7]
Kortikosteroid dosis tinggi terbukti bermanfaat mempercepat proses pemulihan dan menurunkan resiko komplikasi jangka panjang jika diberikan dalam 72 jam sejak gejala muncul.[1,4]
Dosis:
Prednison tablet 1mg/kgBB/hari atau 60 mg selama 6 hari, diikuti tapering off (dosis dikurangi 10mg setiap hari) selama 4 hari berikutnya[3]; ATAU
- Prednisolone tablet 1 x 50-60 mg per hari selama 10 hari[1]
Dosis Antivirus
Pemberian antivirus saja tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti yang mendukung manfaat pemberian antiviral sebagai agen tunggal pada Bell’s palsy.[1] Manfaat kombinasi kortikosteroid dan antivirus masih menjadi perdebatan, namun ada kemungkinan menambah sedikit manfaat dalam tatalaksana Bell’s palsy, oleh karena itu pemberiannya diperlukan diskusi terlebih dahulu dengan pasien terkait manfaat dan risikonya.[7]
Dosis:
Acyclovir tablet 5x400 mg selama 7 hari[1,3], sesuaikan dosis pemberian acyclovir pada pasien gangguan ginjal; ATAU
Valaciclovir tablet 1 x1000 mg selama 5 hari[1]
Perawatan Mata
Pemberian lubrikan mata berupa tetes mata atau salep mata, misalnya yang mengandung hypromellose, perlu diberikan untuk mencegah eksposur kornea dan mengurangi resiko komplikasi okular.[1,3]
Penggunaan pada wanita hamil
Berdasarkan klasifikasi FDA, kortikosteroid digolongkan ke dalam kategori D. Penggunaan kortikosteroid pada ibu hamil sebaiknya dihindari, terutama pada trimester pertama, karena terbukti berpotensi meningkatkan risiko malformasi kongenital berupa orofacial cleft.[4]
Ditulis oleh: dr. Isna Arifah Rahmawati