Diagnosis Kanker Ovarium
Diagnosis kanker ovarium sulit dilakukan pada stadium dini karena tidak adanya gejala spesifik. Kanker ovarium umumnya terdeteksi pada stadium lanjut dengan gejala seperti asites, gangguan pencernaan dan nyeri perut. Untuk menegakkan diagnosis kanker ovarium dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan, USG, penanda tumor dan biopsi.[1]
Anamnesis
Anamnesis pada kanker ovarium meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti gejala klinis, riwayat penyakit keluarga dan faktor-faktor risiko yang mungkin terlibat. Gejala klinis pada kanker ovarium stadium awal biasanya bersifat tidak spesifik, karena umumnya gejala klinis baru muncul saat stadium lanjut.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin dialami oleh pasien dengan kanker ovarium mencakup rasa penuh pada perut, kembung, distensi abdomen, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Pasien juga bisa merasa mudah kenyang, mudah lelas, dan mengalami perdarahan per vaginam.
Keluhan lain dapat berupa gangguan pencernaan seperti konstipasi, diare, mual, muntah, dan refluks asam lambung. Pasien juga bisa mengeluhkan sering buang air kecil, serta nyeri pada punggung, panggul, atau nyeri perut.[1]
Faktor Risiko
Kecurigaan kanker ovarium meningkat pada pasien dengan riwayat keluarga mengalami kanker ovarium atau kanker payudara, penggunaan obat hormonal, endometriosis, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Faktor lain yang meningkatkan risiko kanker ovarium adalah kebiasaan merokok dan konsumsi laktosa berlebihan.[4]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik pada kanker ovarium biasanya tidak spesifik. Pada kanker ovarium stadium lanjut bisa ditemukan adanya asites, teraba massa pada pelvis atau abdomen, tanda obstruksi saluran cerna, hingga penurunan suara napas akibat efusi pleura. Pada kasus metastasis ke umbilikus, dapat ditemukan adanya nodul Mary Joseph.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kanker ovarium mencakup kista ovarium, endometriosis, dan kanker kolon.
Kista Ovarium
Kista ovarium merupakan suatu masa berupa kantung yang berisi cairan atau materi semi cairan yang berasal dari ovarium. Pada umumnya kista ovarium bersifat jinak, dan ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan USG. Apabila menimbulkan gejala, maka dapat menyebabkan keluhan seperti nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah. Apabila terpuntir, maka dapat menyebabkan nyeri hebat, dan berisiko pecah.[11]
Endometriosis
Endometriosis adalah implantasi ektopik dari jaringan fungsional endometrium dan stroma di luar rongga uterus. Endometriosis ditandai dengan gejala yang tidak khas seperti dispareunia, nyeri pelvis pada menstruasi, disuria, dan infertilitas. Nyeri yang dialami oleh penderita endometriosis biasanya bersifat kronik, siklik, dan progresif.[12]
Kanker Kolon
Kanker kolon paling sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun dan sering berkaitan dengan faktor keturunan dan lingkungan. Keluhan yang ditimbulkan tidak spesifik, terkadang asimptomatik. Diagnosis dari kanker kolon terkadang secara tidak disengaja melalui pemeriksaan kolonoskopi rutin. Pada umumnya pasien mengeluhkan adanya perdarahan per-rektal, nyeri perut dan anemia.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan untuk mendiagnosis kanker ovarium, terutama pada stadium awal yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis yang spesifik. USG merupakan pemeriksaan awal yang disarankan karena kurang invasif dan tersedia secara luas.[1,4]
Pencitraan
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan awal yang disarankan. USG dapat menentukan morfologi tumor pelvis, serta menilai ada tidaknya massa pada bagian lain abdomen. USG transvaginal bermanfaat untuk menilai struktur dan perdarahan ovarium, membedakan massa kistik dan solid, serta mendeteksi adanya asites. Walau demikian, perlu diingat bahwa ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh operator (operator-dependent).
CT Scan, MRI, dan PET Scan dapat menjadi alternatif untuk menegakkan diagnosis atau mengonfirmasi metastasis. Pemeriksan ini dapat memberikan informasi terkait ukuran, lokasi dan kompleksitas dari masa ovarium.[1,4]
Penanda Tumor
Penanda tumor atau tumor marker untuk kanker ovarium adalah CA-125. Kadar CA-125 mengalami peningkatan pada hampir sebagian besar kasus kanker ovarium tipe epitelial. Spesifisitas dan nilai prediktif positifnya cukup tinggi pada wanita post menopause dibandingkan dengan pre menopause. Namun, peningkatan CA-125 juga dapat ditemukan pada kasus-kasus seperti endometriosis, kehamilan, kista ovarium, dan penyakit inflamatorik peritoneal.
Selain CA-125, terdapat penanda tumor lain yang sedang ditelaah yakni Human Epididymis protein 4 (HE4). Penanda ini diduga lebih sensitif pada kanker ovarium dan positif pada 100% kasus kanker ovarium dengan subtipe serosa dan endometrioid. Kombinasi dari peningkatan CA-125 dan HE4 hampir pasti dapat menegakkan diagnosis kanker ovarium.[1,4]
Biopsi
Pemeriksaan biopsi seperti aspirasi jarum halus (BAJAH) atau perkutan pada masa adneksa sesungguhnya tidak rutin dilaksanakan, karena dianggap menghambat penegakkan diagnosis kanker ovarium dan memperlambat pemberian terapi. Namun, bila ditemukan pasien dengan karsinomatosis difus atau asites tanpa disertai adanya massa ovarium yang jelas, maka pemeriksaan BAJAH, parasentesis dan biopsi perkutan harus dilaksanakan.[1]
Dari pemeriksaan histopatologi dapat diketahui secara pasti apakah tumor tersebut ganas atau jinak dan tipe dari keganasan tersebut. Berdasarkan temuan histopatologi, kanker ovarium terbagi menjadi epitelial (90% kasus) dan non-epitelial. Kanker ovarium tipe epitelial terbagi lagi menjadi dua, yakni musinosa dan non-musinosa.[1,4]
Stadium Kanker Ovarium
Stadium kanker ovarium menggunakan pembagian stadium dari International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Stadium ditentukan berdasarkan lokasi kanker. Kanker yang terlokalisir pada ovarium dan tuba falopii merupakan tumor stadium 1, kanker yang meluas ke jaringan sekitar dikategorikan sebagai stadium 2, sedangkan pada stadium 3 dan 4 telah terjadi metastasis.[1]
Tabel 1. Stadium Kanker Ovarium
Stadium | TNM | Deskripsi |
I | T1N0M0 | Tumor terbatas pada ovarium (unilateral/bilateral) atau tuba falopii |
IA | T1aN0M0 | Tumor terbatas pada satu ovarium (dengan kapsul ovarium intak) atau terbatas pada tuba falopii, tidak ada tumor di permukaan ovarium maupun tuba falopii; tidak ada sel ganas di kavum peritoneal |
IB | T1bN0M0 | Tumor terdapat di kedua ovarium (dengan kapsul ovarium intak) atau terbatas pada tuba falopii, tidak ada tumor di permukaan ovarium maupun tuba falopii; tidak ada sel ganas di kavum peritoneal |
IC | T1cN0M0 | Tumor terbatas pada satu atau dua tuba falopii |
C1: Dapat diambil dengan operasi | ||
C2: Kapsul ruptur sebelum operasi atau tumor terdapat di permukaan ovarium atau tuba falopii | ||
C3: Terdapat sel ganas pada kavum peritoneal | ||
II | T2M0N0 | Tumor melibatkan satu atau dua ovarium atau tuba falopii dengan perluasan ke pelvis di bawah pelvic brim atau terdapat kanker peritoneal primer (Tp) |
IIA | T2sM0N0 | Perluasan dan/atau implantasi tumor pada uterus dan/atau tuba falopii dan/atau ovarium |
IIB | T2bM0N0 | Perluasan tumor ke jaringan intraperitoneal pelvis yang lain |
III | T1/T2NIM0 | Tumor melibatkan satu atau dua ovarium, atau tuba falopii atau kanker peritoneal primer dengan pemeriksaan histologi/sitologi menunjukkan perluasan keluar peritoneum di luar pelvis dan/atau metastase ke kelenjar getah bening retroperitoneal |
IIIA | T3a/T3aN1MO | Positif nodus limfa retroperitoneal saja (terbukti secara sitologis atau histologis): IIIA1(i) Metastasis hingga 10 mm dalam dimensi terbesar IIIA1(ii) Metastasis lebih dari 10 mm dalam dimensi terbesar |
IIIA2 | T3a2-N0/N1-M0 | Keterlibatan peritoneal ekstrapelvis mikroskopis dengan atau tanpa nodus limfa retroperitoneal positif |
IIIB | T3b-N0/N1-M0 | Keterlibatan makroskopis peritoneal ekstrapelvis dengan ukuran hingga 2 cm dengan atau tanpa nodus limfa retroperitoneal positif |
IIIC | T3c-N0/N1-M0 | Metastasis peritoneal secara makroskopis melebihi pelvis dengan ukuran lebih dari 2 cm dengan atau tanpa metastasis nodus limfa retroperitoneal (termasuk perluasan tumor ke kapsul hati atau limpa tanpa keterlibatan parenkim organ) |
IV | Any T, any N, M1 | Kanker sudah metastasis jauh kecuali peritoneal IVA: Efusi pleura dengan sitologi positif IVB: Metastasis ke parenkim dan metastasis ke organ extra abdominal |
Sumber: dr. Novita Tirtaprawita, Alomedika, 2022.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta