Diagnosis Gangguan Psikotik Akut
Diagnosis gangguan psikotik akut perlu dicurigai pada pasien yang mengalami gejala psikotik, seperti waham dan halusinasi, dengan awitan kurang dari 1 bulan dan diikuti dengan remisi sempurna. Gejala dan perilaku psikotik umumnya timbul berkaitan dengan stresor yang nyata, seperti bencana alam atau kehilangan orang terkasih.[1,5]
Anamnesis
Ketika melakukan wawancara psikiatri untuk gangguan psikotik akut, maka ada 3 komponen yang harus digali pada pasien, yaitu
- Ditemukan setidaknya salah satu gejala positif psikotik, misalnya waham, halusinasi, pembicaraan kacau, perilaku kacau, atau katatonik
- Gejala telah berlangsung setidaknya 1 hari dan tidak lebih dari 1 bulan
- Dilakukan penggalian apakah gangguan perilaku yang dialami bukan disebabkan karena adanya gangguan afektif, kondisi medis umum, atau penyalahgunaan zat[1,10]
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah adanya gejala afektif, disorientasi, gangguan atensi, emosi yang labil, banyak berteriak atau mutisme, dan gangguan memori. Kemudian dilakukan penggalian apakah gejala yang timbul dipicu atau tidak oleh adanya stresor tertentu.
Gejala dan perilaku yang muncul dalam waktu pendek dan mendadak mungkin berkaitan dengan adanya gangguan organik. Oleh sebab itu, gangguan psikotik akut perlu dibedakan dengan gejala psikotik akibat ensefalitis, endokrinopati, stroke, dan intoksikasi zat psikotropik.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penting dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab organik untuk gejala-gejala yang ditunjukkan oleh pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kecurigaan diagnosis banding.
Pemeriksaan neurologi mungkin diperlukan jika dicurigai gejala berkaitan dengan ensefalitis dan stroke. Sementara itu, intoksikasi zat psikotropik dapat menyebabkan pupil miosis atau midriasis, diaforesis, peningkatan atau penurunan tekanan darah, hingga penurunan kesadaran dan kematian.[2,3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan psikotik akut didasarkan pada beberapa kemungkinan penyebab lain yang mendasari seperti keterlibatan faktor organik, gangguan medis serta riwayat penggunaan zat atau obat.[1,3,5]
Gangguan Mental Organik
Gejala psikotik dapat muncul pada gangguan mental organik misalnya pada tumor otak, epilepsi (post ictal psychosis), sindrom Cushing, cerebral anoxia, dan trauma kepala. Seperti gangguan psikiatri lainnya, penyebab organik harus lebih dahulu disingkirkan dan ditangani sesuai etiologi.[1,3,5]
Substance Use Disorder
Substance use disorder dapat menyebabkan gejala delirium dan intoksikasi yang mengarah pada gejala psikotik. Anamnesis akan didapatkan keterangan penggunaan zat atau obat tertentu hingga muncul gejala psikotik. Tes laboratorium dapat bermanfaat untuk skrining adanya substance use disorder, misalnya kadar alkohol dalam darah atau skrining obat melalui urine.[1,3,5]
Gangguan Depresi dan Bipolar
Diagnosis gangguan psikotik akut tidak boleh ditegakkan apabila gejala psikotik yang muncul pada diri pasien merupakan bagian dari gangguan mood. Hal ini akan tampak selama observasi perilaku dan keterangan perubahan pola mood sebagai bagian dari depresi, manik, atau episode campuran.[1,3,5]
Gangguan Psikotik Lain
Dokter perlu memikirkan kondisi gangguan psikotik lain ketika durasi gejala psikotik menetap selama 1 bulan atau lebih, di antaranya gangguan skizofreniform, gangguan waham, gangguan depresi dengan gejala psikotik, gangguan bipolar dengan gejala psikotik, tergantung pada gejala yang muncul ketika dilakukan pemeriksaan. Dokter harus mengevaluasi kemungkinan episode kekambuhan gejala psikotik.[1,3,5]
Malingering and Factitious Disorder
Pasien malingering seolah mengalami gejala psikotik, namun hal ini didasarkan pada sikap berpura-pura serta didapatkan bukti bahwa perilaku tersebut muncul dengan tujuan yang jelas, misalnya untuk menghindari penangkapan atau tuduhan kriminal. Sebaliknya, pada factitious disorder, perilaku pura-pura pasien tidak memiliki tujuan yang jelas selain kesenangan pribadi atau mencari perhatian. Dokter perlu melakukan observasi perilaku harian terhadap kondisi tersebut untuk membedakan dengan gangguan psikotik akut.[1,3,5]
Gangguan Kepribadian
Pada beberapa orang dengan gangguan kepribadian, munculnya stresor psikososial dapat mencetuskan kejadian gangguan psikotik akut. Gejala yang muncul bersifat sementara dan tidak memerlukan diagnosis terpisah (tetap menjadi bagian dari gangguan kepribadian). Namun, apabila gejala psikotik bertahan setidaknya 1 hari, maka diagnosis gangguan psikotik akut perlu ditambahkan (selain gangguan kepribadian).[1,3,5]
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang atau psikologis tertentu untuk menegakkan diagnosis gangguan psikotik akut. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya penyebab kondisi medis umum atau penyalahgunaan zat.
Contoh pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan EKG, elektrolit, kadar glukosa, fungsi hepar, fungsi ginjal, fungsi tiroid, urinalisis, dan urin toksikologi. Bila dicurigai adanya kemungkinan gangguan mental organik, misalnya karena adanya gangguan struktural sistem saraf pusat, maka bisa dilakukan pemeriksaan MRI atau CT-scan.[1,3,5]
Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM-5
Kriteria diagnosis gangguan psikotik akut berdasarkan DSM-5 adalah
A. Adanya satu atau lebih dari gejala-gejala berikut. Setidaknya satu dari gejala 1, 2, atau 3 harus ditemukan:
- Waham/delusi
- Halusinasi (bisa auditorik, visual, atau taktil)
- Pembicaraan kacau (misalnya inkoherensi atau derailment)
- Perilaku kacau atau katatonik
B. Durasi episode terjadinya gangguan setidaknya satu hari tapi tidak lebih dari satu bulan, dengan pemulihan sempurna sampai ke fungsi pre-morbid
C. Gangguan yang terjadi tidak bisa diterangkan sebagai bagian dari episode depresi atau bipolar dengan gejala psikotik; atau gangguan psikotik lain, misalnya schizophrenia atau katatonia; dan bukan merupakan akibat efek fisiologis dari zat atau kondisi medis umum lainnya.[10]
Penulisan pertama oleh: dr. Zuhrotun Ulya, Sp.KJ, M.H