Epidemiologi Gangguan Psikotik Akut
Menurut data epidemiologi, prevalensi gangguan psikotik akut terhitung 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi dilaporkan lebih tinggi pada populasi yang mengalami distres, misalnya pada populasi imigran, pengungsi, dan korban bencana.[1]
Global
Secara global, diperkirakan bahwa prevalensi gangguan psikotik akut pada negara berkembang lebih besar bila dibandingkan negara maju. Prevalensi di negara berkembang diperkirakan 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan negara maju. Prevalensi pada perempuan diperkirakan dua kali lipat prevalensi laki-laki.[1,3,6]
Penelitian menunjukkan bahwa kasus gangguan psikotik akut hanya sebesar 2–7% dari semua kasus gangguan psikotik onset pertama. Pada populasi umum, prevalensi gangguan psikotik adalah 3%.[5,6]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi gangguan psikotik akut di Indonesia.
Mortalitas
Gangguan psikotik secara umum, termasuk di dalamnya gangguan psikotik akut dan schizophrenia, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa pasien yang pernah mengalami gangguan psikotik memiliki waktu kesintasan setidaknya 5 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah mengalami gangguan psikotik. Bunuh diri merupakan penyebab kematian utama.[14]
Penulisan pertama oleh: dr. Zuhrotun Ulya, Sp.KJ, M.H